Indonesia “sebenarnya” adalah negara yang kaya akan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas. Tapi mengapa sampai sekarang Indonesia masih disebut sebagai negara berkembang dan tidak segera maju? Jawabannya adalah, rakyat Indonesia kebanyakan hanya memiliki visi masa depan yang lebih baik, namun tidak ada yang bergerak untuk melakukan perubahan.
Hal itulah yang disampaikan oleh Anies Rasyid Baswedan, pendiri Indonesia Mengajar (suatu program pengabdian, dimana anak-anak muda terbaik bangsa /Pengajar Muda (PM) dikirim untuk mengajar selama satu tahun di Sekolah Dasar di desa-desa terpencil di penjuru negeri). Paparan mengenai kondisi Indonesia ini disampaikannya pada Kuliah Tamu bertajuk “BEBRBUAT UNTUK INDONESIA MENGABDI UNTUK NEGERI”, Kamis (31/10) bertempat di Aula Lantai 7 Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB).
Kehadiran Rektor Universitas Paramadina, yang juga salah satu peserta konvensi calon presiden periode 2014-2019 dari Partai Demokrat ini jelas menarik perhatian banyak kalangan. Anies, (sapaan akrab pria kelahiran Kuningan, 44 tahun silam) dikenal sebagai intelektual asal Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan. Ruang yang diatur berkapasitas 250 orang ini, nampak penuh sesak dengan peserta yang ingin melihat langsung sosok Anies. Bahkan tidak sedikit peserta kuliah tamu harus duduk di lantai karena ketidaktersediaan kursi yang cukup..
Lebih lanjut, Anies menyatakan secara tegas bahwa yang membuat negeri ini hancur bukanlah orang jahat, melainkan orang baik yang diam dan mendiamkan. Banyak orang Indonesia yang memiliki intelektualiatas lebih, namun cenderung memilih diam dan membiarkan sistem yang berjalan, dan akhirnya banyak orang yang memanfaatkan sistem tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Maraknya kasus korupsi yang tidak henti-hentinya terus dilakukan oleh banyak petinggi-petinggi di Indonesia dari yang kurang berperan hingga ke petinggi yang sangat berpengaruh besar menjadi pemandangan menyedihkan yang menghiasi Negara yang baru saja memperingati hari Sumpah Pemuda (28 Oktober). .
Menurut Beliau, ada beberapa konteks yang perlu diperhatikan dan dilakukan perubahan bagi bangsa kita:
Pengembangan Manusia.
Pengembangan manusia bisa dikatakan sebagai investasi pada manusia. Investasi di bidang sumber daya manusia adalah sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Investasi ini berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Investasi modal manusia melalui pendidikan di negaraberkembang sangat diperlukan walaupun investasi di bidang pendidikan merupakaninvestasi jangka panjang secara malcro, manfaat dari investasi ini bare dapat dirasakansetelah beberapa tahun. Contohnya Cina yang menerapkan investasi pada manusia ini, sebanyak kurang lebih 1,8 juta warganya keluar negeri untuk menimba ilmu dan kemudian pulang kenegara asalnya untuk menerapkan ilmu yang sudah didapatkannya. Hal inilah yang menyebabkan Cina sangat diperhitungkan didunia
Korupsi.
Korupsi di negeri ini semakin parah dan sistemik. Bukan hanya merambah ke pelosok daerah, tetapi yang paling menyedihkan karena korupsi semakin liar di kalangan parlemen.Ternyata prediksi para pengamat bahwa tahun 2013 menjadi tahun yang penuh hiruk-pikuk karena akan berderet elit politik dan kekuasaan yang terjerat korupsi, mulai terbukti. Hal itu terjadi karena partai politik (parpol) melalui elitenya yang duduk di legislatif dan eksekutif akan berlomba mencari dana untuk memenuhi kebutuhan logistik pemilu 2014.
Ketegasan KPK
Kita patut apresiasi langkah KPK yang tidak terpengaruh pada posisi seorang yang diduga melakukan korupsi. Ketegasan, independen, dan keberanian KPK mengungkap kasus korupsi yang melibatkan elit politik dan kekuasaan, bukan tanpa garansi. KPK diberi wewenang luar biasa, sehingga KPK tidak boleh terbelenggu oleh kepentingan politik, sebab hampir semua pelaku korupsi selalu terkait dengan dunia politik. Selain itu sudah banyak juga pemuda – pemuda yang terjun langsung untuk memberantas korupsi. Mereka bahkan rela untuk mati demi memberantas korupsi, hal inilah yang harus diapresiasi oleh rakyat Indonesia.
Out of the box
Kata-kata ini singkat, tetapi memiliki makna yang sangat luas. “Think out of the box”, maksudnya cara berpikir kita yang berbeda dari yang lainnya, diluar rutinitas yang dilakukan, berpikir diluar dari yang umumnya. Apapun bidang yang kita sukai, dengan berpikir seperti ini akan membuat kita lebih maju dibanding orang lain. Contohnya pada saat kita ingin membuat CV. Pada saat membuat CV pasti kita menulis ttl, agama, alamat,dll padahal perusahaan kebanyakan tidak memerlukan data-data tersebut. Langsung saja misalnya menulis saya Kahfi, mahasiswa manajemen FEBUB, mempunyai ketrampilan blablabla, mempunyai banyak link dll tulislah CV tersebut berbeda dari yang lain, inilah salah satu contoh berpikir out of the box.
Tingkat Kelulusan Perguruan Tinggi.
Jumlah statistik yang masuk SD hanya 5,8 juta, SMP 3,3 juta, SMA hanya 2.4 juta. Kemudian yang lulus dari perguruan tinggi hanya 1,1 juta. Hal ini belumlah cukup untuk menantang lulusan – lulusan lain yang lebih banyak dari negeri kita di internasional. Hal inilah yang harus dicermati oleh pemerintah bagaimana seharusnya mengangani pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.
“Sosok yang sangat dibutuhkan untuk memegang kendali negara ini adalah kita sendiri sebagai pemuda sebagai penerus bangsa. Sekarang waktu bagi kita untuk mengambil sikap, bertindak dan jangan hanya diam menonton saja. Karena kita tidak hanya bisa untuk duduk menoleh kebelakang untuk melihat sejarah, tetapi bagaimana kita bisa menciptakan sejarah. Untuk itu mari kita berfikir ke depan untuk bertindak”, pesan Anies kepada seluruh peserta. (ris)