FEB Menuju World Class Faculty

Doktor Baru: Harry Patuan Panjaitan
30 July 2011
Agus Suman: Subsidi BBM dan Kemiskinan
2 August 2011

Adanya persaingan di era globalisasi, menuntut Perguruan Tinggi untuk melakukan perombakan terhadap sistem pendidikan. Internasionalisasi pendidikan pun menjadi salah satu alternatif pilihan yang dilakukan untuk mengembangkan Perguruan Tinggi ke taraf Internasional. Hal inilah yang dibahas dalam The 2nd Dean’s Roundtable Discussion, pada Sabtu (30/7). Diskusi yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) ini, membahas tentang arah dan strategi pengembangan FEB dan Fakultas Ekonomi (FE) menuju World Class Faculty (WCF). Diskusi ini bertempat di Ruang Sidang Utama FEB, serta dihadiri oleh dekan-dekan FEB dan FE dari 31 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Indonesia.

Sebelumnya, telah diselenggarakan Dean’s Roundtable Discussion pertama pada tahun 2010, yang membahas proses transformasi FE ke FEB. Dean’s Roundtable Discussion kedua ini merupakan kelanjutan dari diskusi sebelumnya, yang ditujukan sebagai ajang pertukaran pemikiran sesama pimpinan FEB dan FE untuk pengembangan organisasi menuju WCF. Diskusi ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi tentang arah dan strategi pengembangan FEB, sekaligus sebagai peluang bagi FE yang tengah mempersiapkan diri untuk melakukan transformasi organisasi dari FE ke FEB.

Dalam Dean’s Roundtable Discussion kedua ini, perwakilan pimpinan FEB dari beberapa Perguruan Tinggi turut menjadi pembicara. Diantara perwakilan tersebut adalah B.M. Purwanto, MBA, Ph.D (Wakil Dekan I UGM), Sri Gunawan, M.Com, DBA (Wakil Dekan I UNAIR), Prof. Dr. Ernie Tisnawati S., SE, M.Si (Dekan UNPAD), Gugus Irianto, SE, MSA, Ph.D, Ak (Dekan UB), Jossy P. Moeis, Ph.D (Wakil Dekan UI), Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE, MS (Dekan UNHAS), Prof. Drs. Mohammad Nasir, M.Si, MA, Ph.D (Dekan UNDIP). Masing-masing perwakilan tersebut memaparkan tentang strategi pengembangan FEB di Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

Sebagaimana dijelaskan dalam diskusi panel tersebut, bahwa untuk menuju tingkatan World Class, Perguruan Tinggi harus melakukan beberapa tahapan perubahan, antara lain pengadaan kelas Internasional di mana didalamnya diterapkan kurikulum dengan standar Internasional, sertifikasi Internasional, serta akreditasi Internasional.

“Perubahan-perubahan tersebut harus diawali dengan perubahan struktur,” jelas Purwanto.

Salah satu wujud dari perubahan struktur yaitu melalui perubahan nomenklatur dari FE menjadi FEB. Perubahan ini tidak lain adalah sebagai bentuk penyesuaian terhadap lembaga akreditasi Internasional yang lebih berfokus pada School of Business. Diungkapkan oleh Gugus, bahwa saat ini pun FEB UB telah sampai pada tahap evaluasi atas self evaluation report dari lembaga akreditasi Internasional The Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow, a 21st Century Organization (ABEST21). Hal ini merupakan salah satu proses dan upaya FEB UB menuju WCF.

“Esensi dari WCF adalah pengakuan dari berbagai pihak atas kualitas fakultas,” ungkap Nasir.

Inilah alasan dijadikannya akreditasi Internasional sebagai salah satu syarat dalam proses WCF. Karena adanya akreditasi Internasional menunjukkan pengakuan Internasional terhadap kualitas fakultas tersebut.

Selain dihadiri oleh pimpinan fakultas, Dean’s Roundtable Discussion ini juga dihadiri oleh Presiden ABEST21, Prof. Fumio Itoh. Pada akhir diskusi panel, Fumio menyampaikan penjelasan tentang ABEST21, dengan tema “Enhancing Quality of Business Education Through Accreditation and Collaboration”. Penjelasan tersebut mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan ABEST21 sebagai badan akreditasi Internasional yang berpusat di Jepang. [riz]