FEB UB Sukses Gelar Wayang Kulit

Hadirilah! Pagelaran Wayang Kulit, Semarak Dies Natalis FEB UB Ke-51
4 October 2012
Penandatanganan MOU FEB UB dan BRI
8 October 2012

Sabtu (6/10) bertempat di Halaman Parkir Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), telah berlangsung Pagelaran Budaya Wayang Kulit dalam rangka Dies Natalis FEB UB Ke-51. Pagelaran yang menampilkan 2 dalang beda generasi (mahasiswa dan dosen) ini, diramaikan pula dengan pentas seni tarian tradisional Merak Ponorogo yang diperagakan oleh mahasiswa FEB UB yang tergabung dalam Economic and Business Dance Club dan Pasar Kreasi dari mahasiswa FEB UB dan UKM-UKM se-Malang Raya.

Dalam sambutannya, Dekan FEB UB, Gugus Irianto, SE.,MSA.,PhD.,Ak menyampaikan bahwa kegiatan pagelaran budaya, pasar kreasi dan pentas seni merupakan salah satu wujud peduli FEB UB dalam melestarikan budaya. “Kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya  Indonesia”, jelas Dekan FEB UB. Hal istimewa lain dari pagelaran budaya dengan 2 dalang beda generasi ini yaitu dilibatkannya satu keluarga dalam pagelaran wayang kulit. Gisma Geiant Ginanjar Assydiq, SE (Mahasiswa Pasca Sarjana FEB UB) dan Ki H Joko Setiono, ST.,MT (Dosen), 2 dalang beda generasi ini memiliki hubungan kekeluargaan yang tidak lain adalah hubungan ayah dan anak. Bertindak sebagai pemandu acara yaitu kakak dari Gisma (Gisma Geiant Ginanjar Assydiq, SE). Satu keluarga ini memang sangat concern dengan budaya jawa. Musik pengiring dalam pagelaran didatangkan dari Kawidanusa RRI Malang sebagai Karawitannya dan tim dari Kondangsari (keroncong, dangdut, dan campur sari).

Pagelaran Wayang Kulit dengan judul “Tumuruning Wahyu Trisila Kancana” ini mengkisahkan Negara Astina yang kaya akan potensi alamnya namun masih kesulitan dalam pengelolaanya, sebab kurang tersedianya SDM yang memadai untuk penambangan energi alamnya. Hingga datang bala bantuan dari Negara Ngamarico yang bersedia membantu Negara Astina untuk mengelola potensi alam dan memberantas kemiskinan melalui sebuah perjanjian kerjasama. Namun dalam perjalanannya, terjadilah penyelewengan yang menerjang batas Brawijaya, tempat putra-putra Pandhawa (pewaris tunggal Negara Astina) menuntut ilmu. Kejadian ini menyebabkan timbulnya peperangan. Putra-putra Pandhawa yang menjadi lakon mencoba membela negara Astina dari negara atas angin Negara Ngamarica yang tidak mengenal kelestarian ekologi. Putra-putra Pandhawa yang dikisahkan sedang menempuh pendidikan di Padepokan Brawijaya terus menganalisis strategi pengembangan Tri Sila Kencana (Tri Sila Kencana lahir karena terinspirasi oleh lima sendi FEB UB yang tercantum dalam strategi pengembangan lembaga, yaitu (1). Hope , (2).Inspiring, (3).Enpowering, (4).Enligthening, (5) Wisdom).

Pagelaran yang berlangsung hingga pukul 23.30 WIB ini pun berakhir dengan kisah dimana putra-putra Pandhawa berhasil melumpuhkan lawan dan menyelamatkan Brawijaya dan Negara Astina. (ris)