INDEF School of Political Economy: Agro Industry Hingga Political Transaction

Deloitte Adakan Campus Recruitment di FEB UB
6 March 2019
Kuliah Tamu : Pengelolaan Dana Haji Indonesia
8 March 2019

Selasa (5/3), telah berlangsung Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) School of Political Economy (ISPE) hari kedua yang bertempat di Ruang Sidang Utama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB). Materi-materi yang disajikan sarat akan permasalahan bangsa yang menarik dipelajari dan dianalisa.

Dr Sujarwo, SP.,Mp.,MS membuka sejumlah fakta mengenai kondisi pertanian di Indonesia dan berbagai permasalahan yang akan menjadi pemicu sejumlah masalah besar di masa depan. Disebutkan oleh Ketua Program Magister Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini beberapa masalah di bidang pertanian yaitu lahan pertanian yang kian tergerus peradaban modern, keengganan kaum muda untuk menekuni bidang pertanian serta kurangnya inovasi pertanian di Indonesia. Menurutnya, tiga masalah utama ini hanya tinggal menunggu waktu ledaknya dan akan menjadi masalah besar bagi Indonesia. Aturan yang tegas, penguatan agro industri dan andil kaum muda sangat lah diperlukan untuk mengembalikan kejayaan pertanian Indonesia dengan tetap memperhatikan keberlangsungan hidup generasi masa datang.

Kondisi serupa juga dialami oleh industri kopi di Indonesia. Ketenaran kopi Indonesia di dunia, nyatanya belum mampu menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri ini.  Eshter, PhD (Peneliti INDEF) menegaskan perlu adanya optimalisasi nilai ekonomi pada komoditas kopi Indonesia.

Masih mengenai peran pemuda Indonesia, Dias Satria, PhD (Dosen FEB UB) dalam paparannya turut menguak sisi unik Kaum Milenial yang perlu dilibatkan sebagai kreator dan inovator. Generasi melek internet ini dianugerahi ide-ide brilian yang sesuai tuntutan zaman. Ditambahkan bahwa peran generasi milenial sangat penting dalam usaha mempercepat pertumbuhan (khususnya perekonomian) di Indonesia. Terbukti pada bidang ekonomi kreatif dan usaha yang melibatkan adopsi teknologi terkini seperti financial technology, kaum milenial mendominasi sebagai pelakunya.

Selain pemaparan masalah pertanian, komoditas kopi, dan peran generasi milenial, peserta ISPE Angkatan 15 ini disuguhkan materi yang cukup debatable yakni mengenai inovasi kelembagaan dan kinerja perekonomian serta dinamika ekonomi politik daerah di tahun politik yang disajikan secara panel oleh Prof Didik J Rachbini (Ekonomi Senior INDEF) dan Prof Ahmad Erani Yustika (Staf Khusus Presiden RI Bidang Ekonomi). Mengupas mengenai kesenjangan yang terjadi di berbagai kota maupun Negara didunia, menurut Prof Didik hal ini banyak disumbang oleh permasalahan social capital. Dana fantastis yang digelontorkan saat pesta demokrasi, baik dalam pemilihan daerah maupun pemilihan presiden tak pelak didiskusikan. Prof Didik menggarisbawahi bahwa sejumlah upayakan telah dilakukan untuk menekan biaya politik.

Selanjutnya, salah satu pendiri INDEF ini juga menyampaikan bahwa biaya politik yang dikeluarkan pemerintah saat ini masih lebih kecil dibandingkan bila biaya politik dikurangi atau dihapus dan memungkinkan praktik-praktik menyimpang yang akan memakan biaya lebih besar.

Diperkuat oleh Prof Erani bahwa manusia pada hakekatnya akan memiliki kecenderungan untuk melakukan penyimpangan sehingga diperlukan aturan untuk memitigasi penyimpangan itu baik secara formal maupun informal. Lebih lanjut, Guru Besar FEB UB ini menuturkan bahwa setiap reform selalu aka nada pihak yang dirugikan, sehingga dibutuhkan kemampuan manajerial yang baik.  Beberapa hal menjadi kunci penting bagi sebuah kelembagaan yaitu property right, transaction cost dan political transaction. Tiga hal utama ini hendaknya menjadi fokus pemerintah sehingga akan tercipta kehidupan yang damai, sejahtera dan keterjaminan. (Risca Fitri Ayuni)