Malang (17/10) Bertempat di Ruang Sidang Utama FEB UB, Badan Pertimbangan dan Pengabdian Kepada Masyarakat FEB UB menyelenggarakan Seminar Ekonomi. Yang mana ini merupakan seminar perdana yang akan diselenggarakan secara rutin setiap bulan.
Dekan FEB UB, Prof. Candra Fajri Ananda, menuturkan,”Seminar ekonomi ini tepat sekali sebagai wadah pembahasan isu-isu ekonomi bersama. Kalau perlu di seri selanjutnya selain mengundang dosen FEB UB, kita mengundang mahasiswa untuk ikut berkontribusi dalam diskusi ini. Terlebih lagi diskusi ini juga penting untuk membuka wawasan mahasiwa sebagai bahan penelitian-penelitian.”
Dalam seminar ini, dosen yang mempresentasikan hasil penelitiannya mendapatkan feedback berupa komentar, saran dan pertanyaan dari audiens. Fakultas mengharapkan peneliti mendapatkan saran yang baik untuk kemajuan penelitiannya. Serta diskusi yang terwujud dapat memberikan solusi bagi penelitian dan solusi atas isu perekonomian yang diangkat dalam penelitian. Diundangnya mahasiswa dengan kuota 40 mahasiswa dalam diskusi ini di seri kedua nanti diharapkan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa. Terlebih lagi bagi mahasiswa yang tengah mencari ide untuk sripsi, disertasi maupun tesis.
Pengembangan penelitian dan diskusi isu-isu ekonomi ini merupakan salah satu wujud kepedulian FEB UB sebagai isntitusi yang berperan aktif dalam masyarakat. Permasalahan kependudukan dan pangan yang juga memiliki keterkaitan dengan perkembangan perekonomian dijadikan topik yang dibahas dalam penelitian dan didiskusikan dalam seminar ekonomi yang nantinya menghasilkan solusi yang dapat diimplementasikan dalam masyarakat.
Seminar perdana ini diisi oleh Dwi Budi Santoso, Ph.D., Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi (JIE). Judul penelitian yang diangkat oleh Ketua JIE yaitu Model Preferensi Petani Dalam Konversi Lahan Pertanian. Penelitian yang mengambil sampel di Kabupaten Sidoarjo dan Blitar, Jawa Timur ini meneliti tentang dampak pertumbuhan ekonomi terhadap alih fungsi lahan yang berdampak pada menurunnya ketahanan pangan.
Ancaman ketahanan pangan dikhawatirkan menjadi permasalahan yang akan dihadapi Indonesia nantinya. Tekanan-tekanan kuat dari faktor eksternal pertumbuhan industri, aksesibilitas, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan kota, Urban Srawl, kependudukan, pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi, perubahan preferensi petani dalam pemanfaatan lahan, perkembangan kota dan meningkatnya kompetisi pemanfataan lahan menyebabkan alih fungsi lahan pertanian terus meningkat.
Menurut Dwi Budi Santoso kekhawatiran ketahanan pangan ini harus bisa segera diatasi sebelum alih fungis lahan terus meningkat. Bertambahnya jumlah lahan yang tidak diimbangi dengan produktifitas lahan dikhawatirkan tidak dapat mengimbangi meningkatnya kebutuhan pangan yang disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan penduduk yang tidak bisa dihindari.
“Menurut saya Permasalahan meningkatnya konversi lahan ini dapat diatasi dengan melakukan beberapa kebijakan. Seperti kebijakan penetapan pajak yang cukup tinggi untuk lahan pertanian yang akan dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian dan pembebasan pajak untuk lahan pertanian produktif. Pemberian insentif bagi petani yang mampu mempertahankan lahan produktifnya, khususnya lahan dengan irigasi teknis. Penggunaan teknologi tepat guna agar petani mampu meningkatkan hasil produksi pertanian dan juga penurunan biaya produksi hasil pertanian. Kebijakan-kebijakan tersebut menurut saya dapat mendorong motivasi petani-petani Indonesia untuk mempertahankan lahan produktifnya. Selain itu pemerintah juga harus bersiap melakukan diversifikasi pangan untuk menurunkan ketergantungan terhadap satu jenis bahan pangan yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan di masa-masa yang akan datang”, ucap Dwi Budi Santoso. (hdn/ubd)