Kenapa Harus Menulis?

Beasiswa PPA dan BBM: Motivasi untuk Terus Berprestasi
1 April 2012
Nanang Suryadi Tak Gentar Disejajarkan Dengan Penyair Internasional
9 April 2012

Bagi sebagian orang, menulis merupakan aktivitas yang membosankan. Namun, menulis juga dapat dikaitkan dengan kepribadian atau cerminan seseorang yang aktif, kritis, berwawasan luas dan memiliki kelebihan dibandingkan orang yang tidak gemar menulis. “Kelebihan orang yang gemar menulis ditujukan pada mereka yang memiliki ketertarikan, kemampuan berpikir, menganalisa dan menuangkan dalam tulisan mengenai suatu permasalahan hingga diperoleh solusi atas permasalahan tersebut. Tentunya, konteks menulis disini adalah bukan semata-mata pada aktivitas menulis sebenarnya yaitu di atas sebuah kertas dengan menggunakan tinta atau pensil, melainkan aktivitas menulis yang ilmiah”, ungkap Asmaul Jannah, pemateri Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB).

Sabtu (7/4), bertempat di Aula Lantai 7 Gedung F FEB UB, berlangsung Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Ke-4 yang rutin diadakan setiap Sabtu, terhitung sejak 17 Maret lalu. Pada pelatihan periode terakhir ini, materi yang diberikan adalah seputar pengalaman dan tips juga trik dalam menulis sebuah karya ilmiah. Adapun pemateri yang dihadirkan yaitu Prof Bambang Dwiargo, Ph.D (juri pada beberapa kompetisi karya ilmiah), Asmaul Jannah dan Adhistya Cinta (anggota Lingkar Studi Mahasiswa Ekonomi/LSME FEB UB).  Dituturkan oleh Guru Besar UB, Prof Bambang Dwiargo, Ph.D bahwa sering terjadi kekalahan yang dialami oleh peserta yang berasal dari bidang sosial seperti ekonomi. “Kekalahan terjadi karena bagi sebagian orang khususnya orang-orang dari eksakta, data yang terkandung dalam tulisan karya ilmiah milik mahasiswa no eksakta tidak cukup kuat untuk meyakinkan juri. Bila dalam karya ilmiah orang-orang eksakta data-data diperoleh dari uji laboratorium yang jelas keakuratannya, maka pada bidang sosial hal tersebut tentu sulit dilakukan”, jelasnya.

Selain itu, diungkapkan pula oleh Asmaul Jannah dan Adhistya Cinta (mahasiswa yang kerap kali menjuarai kompetisi karya ilmiah) bahwa pada beberapa kesempatan kompetisi karya ilmiah, hanya sebagian kecil dari total keseluruhan karya yang terkumpul dikirimkan dan dihasilkan oleh mahasiswa fakultas ekonomi. Hal ini disebabkan faktor besaran hadiah yang disediakan bagi pemenang dalam kompetisi itu menjadi pertimbangkan mahasiswa mengikuti kompetisi. “Uang memang seringkali menjadi faktor utama, motivator utama untuk mengikuti kompetisi karya ilmiah. Namun, pada dasarnya terdapat hal lain yang kerap kali dijadikan alasan mengikuti kompetisi karya ilmiah diantaranya yaitu konversi karya ilmiah dengan skripsi, beasiswa bagi mahasiswa aktif menulis karya ilmiah, banyak dikenal dosen-dosen, dan yang terpenting adalah mengikuti kompetisi karya ilmiah merupakan persiapan sejak dini dalam menulis skripsi”, jelas Asmaul. Mahasiswa yang terbiasa menulis karya ilmiah akan jarang terjadi menemui kesulitan dalam penyusunan skripsi karena mereka telah menguasai sistematika penulisan karya ilmiah yang tidak berbeda dari sistematika penulisan skripsi.

Menulis karya ilmiah tidak hanya dengan mengikuti kompetisi karya ilmiah, tapi menuangkan ide melalui berbagai media seperti blog dan jurnal juga merupakan bentuk lain dari menulis karya ilmiah. “Dalam penulisan karya ilmiah, tahap penting adala mengumpulkan data sebanyak-banyak sebelum memulai menulis”, jelas Adhistya. Dalam pelatihan juga dibahas secara mendalam mengenai tips dan trik presentasi pada kompetisi karya ilmiah. Seperti yang diungkapkan oleh Prof Bambang Dwiargo, Ph.D bahwa dalam presentasi dengan menggunakan powerpoint, gambar lebih menunjukkan sesuatu dibandingkan dengan terlalu banyak kata-kata. Adhistya Cinta juga menambahkan ketika mengikuti kompetisi karya ilmiah, hendaknya peserta yang belum mendapat giliran presentasi menyimak dan memperhatikan presentasi dari peserta-peserta lain. “Hal ini penting, untuk menganalisa hal-hal apa saja yang ditanyakan oleh juri, serta kritik dan saran diberikan oleh juri. Hingga akhirnya pada giliran kita maju, kita telah lebih siap bila hal-hal tersebut ditanyakan”, jelas Adhistya

Usai mengikuti seluruh rangkai Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah, peserta diwajibkan mengumpulkan satu proposal karya ilmiah sebagai syarat memperoleh sertifikat. “Proposal-proposal yang terkumpul nantinya akan dikompetisikan ditingkat fakultas,” jelas Setyo Tri Wahyudi, SE.,M.Ec.,Ph.D (Ketua Pelaksana Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah) menutup seluruh rangkaian pelatihan. (ris)