Jumat (13/4), bertempat di Ruang Sidang Utama, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), diadakan pertemuan rutin Persatuan Dharma Wanita FEB UB. Dalam tiap pertemuannya, Persatuan Dharma Wanita FEB UB pimpinan Ibu Elvida Gugus Irianto, kerap mengundang narasumber untuk memberikan informasi, wawasan dan pelatihan kepada anggota persatuan yang merupakan wanita-wanita FEB UB baik karyawan, dosen, dan istri karyawan maupun dosen. Adapun narasumber yang dihadirkan adalah para ahli dibidang kecantikan, kesehatan, kebugaran, kerajinan tangan, dan keagamaan.
Pada pertemuan bulan ini, Persatuan Dharma Wanita FEB UB mengundang 2 narasumber yang merupakan ahli fashion khususnya dalam hal kreasi jilbab (kerudung/hijab). Ibu Heni dan Ibu Ani, kedua narasumber ini merupakan perwakilan dari sebuah butik ternama, ZOYA. ZOYA merupakan sebuah butik yang memiliki sejumlah cabang di Indonesia, salah satunya yaitu baru saja dibuka di Malang, tepatnya di jalan M.T Haryono. ZOYA menyediakan berbagai kebutuhan wanita muslimah mulai dari baju, jilbab, asesoris dan lainnya. Dalam kegiatan yang diberi nama “Hijab Clinic” ini, kedua narasumber mempraktekkan cara-cara mengkreasikan jilbab agar terlihat cantik, modis namun tetap tidak menghilangkan unsur wanita muslimahnya.
Kreasi jilbab yang ditunjukkan yaitu kreasi jilbab dengan menggunakan aneka bergo, aneka ciput, aneka pashmina, aneka shawl, dan aneka kerudung segi empat. “Dalam mengenakan jilbab, ada baiknya disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Bila akan kekantor, hindari mengenakan jilbab dengan model dan aksen yang berlebihan. Cukup simpel namun tetap modis. Begitu pula bila kita akan pergi pesta, model jilbab yang unik akan membuat kita menjadi pusat perhatian, dibandingkan bila kita hanya mengenakan jilbab langsungan”, jelas Ibu Heni. Kedua narasumber ini dengan telaten memperagakan cara-cara mengkreasikan jilbab, mulai dari cara yang paling mudah digunakan hingga model kreasi jilbab yang membutuhkan kesabaran dan keterampilan tangan. Dalam peragaannya, kedua narasumber menggunakan model yang tidak lain adalah anggota Persatuan Dharma Wanita FEB UB yaitu Ibu Nasikin dan Ibu Catrine. (ris)