Hekinus Manao: Indonesia Sudah Bukan Saatnya Lagi untuk Di Dikte oleh World Bank

Dikenal Pandai Bergaul, Moh. Azis Arisudi, SE., ME., Ph.D Telah Berpulang
19 June 2012
FEB UB Lepas 41 Mahasiswa Program Internasional Untuk Bertolak Ke Australia, Taiwan, dan Korea
21 June 2012

Kamis (21/6) bertempat di Ruang Sidang Lantai 7 Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), telah berlangsung kuliah tamu “Global Economic Updates: Role of World Bank and Opportunities“. Bertindak sebagai pembicara yaitu Hekinus Manao, Executive Director The World Bank Group. Kuliah tamu dibuka oleh Dekan FEB UB, Gugus Irianto, SE. MSA. Ph.D. Ak dan dihadiri oleh tamu serta peserta dari berbagai jurusan dan strata pendidikan di lingkungan UB dan umum.

Dalam paparannya, Hekinus, salah satu Warga Negara Indonesia yang memegang jabatan penting di World Bank (WB) ini menyampaikan profil WB yang merupakan lembaga keuangan internasional yang memiliki mimpi untuk membebaskan dunia dari kemiskinan melalui program-program pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Indonesia bergabung dengan WB) pada tahun 1954. Menurut data WB, Indonesia adalah salah satu dari sepuluh negara yang menjadi motor penggerak perekonomian dunia. Indonesia juga menjadi negara dengan dana perwalian atau trust fund terbesar di dunia”, jelas Hekinus yang pernah menjabat sebagai Inspektur Jendral di Kementerian Keuangan Indonesia.

Di Indonesia, WB telah banyak menjalankan berbagai program diantaranya dalam hal pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias, pembangunan jalan lintas Sumatra, pembangunan sarana pelabuhan, proyek air bersih dan sanitasi, pemberian beasiswa S2/S3 bagi pejabat Pemerintah dan Universitas, proyek perbaikan kampung di Jakarta (MHT), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas, dan penyediaan dana bagi kredit murah UKM.  Meskipun demikian, Hekinus memiliki pandangan bahwa Indonesia sudah bukan saatnya lagi untuk di dikte oleh WB. “Kita punya saham sebesar 1,1 % (terbesar diantara negara-negara ASEAN ) atas World Bank. Sudah saatnya kita berhenti untuk bersikap manis terhadap semua kebijakan World Bank. Kita juga punya hak dan kewenangan yang sama seperti Amerika Serikat dengan saham lebih besar, atau bahkan Singapura yang sahamnya hanya 0,04 % tapi bisa mendikte World Bank“, imbuhnya.

Dalam menghadapi isu yang menerpa WB seperti pergerakan status negara-negara berkembang, konsumsi di Cina, perubahan demografis, perkembangan ICT, dan persamaan gender, WB telah melakukan beberapa langkah diantaranya mengubah visi dari lembaga peminjaman menjadi lembaga ilmu pengetahuan, melakukan kemitraan pembangunan atau partnership development, serta membuka diri terhadap perubahan dan kesetaraan gender.

Diakhir paparannya, Hekinus juga menyampaikan kemungkinan untuk melakukan riset dan kemungkinan bekerja di WB. “Staf, Board of Director, Vice President maupun President di World Bank terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Jadi peluang untuk menjadi staf World Bank sangat terbuka lebar”, jelasnya. (ris)