Bertempat di Surau Ar-Rahman Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) pada hari Jum’at (12/4), telah diselenggarakan Kajian Dhuha. Yang bertindak sebagai penceramah dalam kajian kali ini adalah Hj. Rukhmini. Dihadiri oleh Dekan FEB, Gugus Irianto,Ph.D., Ak; panitia Kajian Dhuha; ibu-ibu Dharma Wanita; beberapa dosen dan karyawan FEB UB; serta beberapa mahasiswa. Acara yang dimulai pukul 09.30 WIB itu pertama kali membaca surat Ar-Rahman dilanjutkan dengan kajian tentang “Perempuan di dalam Islam”. Hj. Rukhmini menyampaikan bahwa pada hari Kiamat, Allah SWT tidak akan menanyakan dosa tetapi tanggung jawab manusia. “Wanita dan Laki-laki tidak bisa disamakan, namun mereka memiliki persamaan sebagai hamba Allah. Wanita dan Laki-laki diciptakan sebagai pasangan sehingga mereka memiliki perbedaan”. Selain menjelaskan tentang perempuan, beliau juga menjelaskan manusia dalam arti umum. Menurut beliau, manusia diberi akal pikiran untuk menjadi Khalifa di muka bumi. Akan tetapi nafsu mereka kerap kurang terkendali. Hingga melakukan hal-hal yang dilarang agama karena akan berdampak negatif bagi mereka sendiri. “Misalnya dengan menciptakan alat presto, makanan yang seharusnya tidak dapat dicerna jadi bisa dicerna” ungkapnya. Mengkonsumsi makanan yang seharusnya tidak dikonsumsi tentunya akan merugikan untuk kesehatan mereka. “Halal dan thoyib itu berdampingan. Makanlah makanan yang halal dan baik bagi tubuh” jelas beliau karena salah satu fungsi agama sendiri adalah untuk membuat ahlak manusia menjadi baik dalam berbagai hal sehingga tidak merugikan siapapun. Agama mengajarkan pula mengenai cara mendidik anak agar menjadi manusia yang baik. Hal ini merupakan tanggung jawab kedua orang tua. Akan tetapi ibu harus lebih dihargai dan dihormati oleh anaknya karena ibulah yang mengandung, melahirkan dan mengasuhnya. Orang tua jaman sekarang harus menyesuaikan cara mendidik anak dengan sifat dan sikap anak jaman sekarang. Karena jika tidak, mungkin akan terjadi kesalah pahaman. Semenjak dari kecil, anak harus dibiasakan mengucapkan terima kasih. Jangan lupa mencontohkan pada mereka dan ketika menegur kesalahan anak, cobalah menggunakan cara yang berbeda namun mengena. Sehingga nasehat tersebut dapat diterima dengan lebih mudah dan tidak membuat anak tersinggung. Kendati ibu yang harus lebih dihargai dan dihormati, namun kepala rumah tangga tetaplah suami. Istri harus berbakti dan mematuhi perintah suami, selama itu tidak melanggar agama. Seorang istri juga harus dapat dipercaya oleh suami dan memiliki daya pikat bagi suami. Selanjutnya Hj. Rukhmini membahas tentang keharusan masyarakat mematuhi himbauan Pemerintah. Terutama mengenai kesepakatan untuk kebaikan bersama. Tanpa adanya peran serta masyarakat, sepertinya mustahil kesepakatan itu akan benar-benar berujung pada kebaikan bersama. Contohnya ketika ada kebijakan bagi para pelajar pada hari Jum’at dilarang menggunakan kendaraan bermotor pribadi, malah ada sebagian warga yang tinggal disekitar sekolah membuka jasa parkir disekitar tempat tinggal mereka. Hal ini sangat berdampak negatif terhadap kebijakan tersebut. Sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk saling mengingatkan dengan tujuan yang baik. “Jadi ketika ada orang lain yang berbuat salah, sebaiknya kita mengingatkan atau menegur mereka agar tidak berbuat salah”, ungkap beliau. Di akhir kajian, beliau menyampaikan bahwa wanita akan masuk neraka apabila tidak bersyukur kepada suami, kurang agamanya, dan kurang akalnya. (azm/mir)