1 Januari 2016, secara serentak seluruh negara ASEAN memasuki pemberlakuan kerja sama ekonomi dalam satu bingkai pasar tunggal ASEAN atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sejatinya, perumusan konsep pasar tunggal ini sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari yaitu pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, saat seluruh anggota ASEAN menyepakati pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya ialah Komunitas Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) / Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
World Economic Forum (WEF) telah menentukan 12 pilar yang memengaruhi tingkat daya saing suatu negara dan salah satu yang terpenting ialah kondisi infrastruktur. Dalam dunia ekonomi dan industri, kualitas infrastruktur memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis. Kualitas infrastruktur akan memengaruhi biaya logistik yang harus dikeluarkan perusahaan. Semakin buruk kualitas infrastruktur suatu negara, akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menjalankan operasinya baik dalam pengadaan input maupun pendistribusian output.
Pada 2013-2014, masalah infrastruktur berada di peringkat ketiga. Pada 2014-2015 masalah infrastruktur kembali menjadi masalah yang banyak dikeluhkan, namun pada 2014-2015 posisinya berubah menjadi peringkat lima, namun dengan nilai yang tidak jauh berbeda. Pada periode 2015-2016 permasalahan infrastruktur kembali ke peringkat ketiga dengan nilai yang lebih besar dari periode 2013-2014. Hal ini menandakan bahwa kualitas infrastruktur Indonesia saat lebih buruk dibandingkan dua tahun yang lalu. Buruknya kondisi infrastruktur ini berdampak langsung pada biaya logistik yang harus dikeluarkan para pelaku ekonomi dan industri.
Biaya logistik di Indonesia bisa mencapai 22%-32% (Ina Primiana) atau 14% dari biaya produksi (LPEM-UI, 2011). Semakin kecil perusahaan, biaya logistik yang dikeluarkan akan semakin tinggi hingga mencapai 32%.. Hal yang mustahil memenangi persaingan dalam MEA jika biaya logistik sangat tinggi dan menciptakan high cost economy dalam seluruh aktivitas perekonomiannya. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur yang mendukung biaya logistik murah menjadi hal yang sangat mendesak dan perlu segera dibangun pemerintah.
Maka sehubungan dengan program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIMIESPA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, dengan ini kami menyelenggarakan suatu rangkaian kegiatan yang bernama “Economic Solutions (ECSOS) 2016”. Dimana Economic Solutions 2016 diharapkan mampu memberikan pemikiran dan titik tengah terhadap permasalahan ekonomi sesuai dengan Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada khususnya, serta orang-orang ekonomi pada umumnya.
Tema Kegiatan
Kesiapan Infrastruktur Indonesia Menghadapi MEA
Maksud Dan Tujuan
Tujuan diselenggarakannya perlombaan ini adalah:
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu-Sabtu, 5-8 Oktober 2016
Tempat : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, Gedung Serba Guna*, Aula Kayuh Baimbai* Objek Wisata Kalimantan Selatan (Field Trip)