Seminar “ Entrepreneur and Branding ”

Indahnya Kebersamaan Lewat HUT KM FEB UB
3 June 2012
Double Degree students with USQ
6 June 2012

Selasa ( 5/6 ) bertempat di Aula Lantai 7 Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB)  diadakan sebuah seminar  dengan tema “Entrepreneur and Branding”. Bertindak sebagai pemateri yaitu  representative dari The Marketeers Club dan Azrul Ananda (Presiden Direktur Jawa Pos Grup). Acara ini mampu menarik antusias mahasiswa dengan turut berpartisipasinya mahasiswa S1 dan Pasca Sarjana tidak hanya dari FEB UB melainkan dari fakultas-fakutlas  lain di UB.

Mengawali acara seminar, peserta dimanjakan dengan penanyangan video klip dari LMFAO (Duo Elektro Pop asal Amerika)  dan satu lagu dari Taio Crus. Hadir ditengah-tengah peserta seminar yaitu Dekan FEB UB Gugus Irianto, MSA., Ph.D., Ak; Pembantu Dekan I Dr. Khusnul Ashar, SE., MA;  Ketua Jurusan Manajemen Dr. Fatchur Rohman, SE., M.Si. dan juga dosen FEB UB. Dalam sambutannya, Dekan FEB UB mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kedatangan pemateri dari Jawa Pos Group dan kesediaannya untuk memberikan materi pada mahasiswa FEB UB.

Pada paparan materi yang disampaikan oleh The Marketers Team, dijelaskan mengenai profil dari The Marketeer Club, sebuah komunitas untuk profesional marketing pertama di Indonesia yang memiliki basis di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Selain menjelaskan tentang The Marketeer Club, dijelaskan pula tentang bagaimana cara mendaftar dan keuntungan apa saja yang akan didapatkan apabila bergabung dengan The Marketeer Club. Tercatat nama-nama seperti  Ciputra, Alm. Sosrodjoyo, Johnny Andrean pernah bergabung dalam komunitas yang diikuti oleh lebih dari 2000 profesional marketer.

Memasuki materi kedua, Presiden Direktur Jawa Pos Grup, Azrul Ananda memberikan pengantar mengenai sejarah berdirinya Jawa Pos dan seluk beluknya. Sejak tahun 2006, Jawa Pos telah menjadi Koran Nomer 1 yang paling sering dibaca di Indonesia menurut survey Nielsen. Sebagai The Biggest Newspaper Network di Indonesia, Jawa Pos Group memiliki industrial komplek di Gresik yang didalamnya terdiri dari pabrik kertas dan pembangkit listrik. Dengan adanya pabrik kertas yang memproduksi lebih dari 600 ribu kertas koran perhari dan juga pembangkit listrik,  Jawa Pos Group menjadi perusahaan koran yang mandiri secara operasional.

Azrul Ananda juga membeberkan rahasia “Kenapa Jawa Pos Group menjadi besar seperti sekarang ini”. Dituturkan olehnya, bahwa penyebabnya adalah inovasi di dalam Jawa Pos Group. Dalam penjelasannya,  Azrul menjelaskan mengenai beberapa inovasi yang dilakukan Jawa Pos Group yaitu No Holiday. ” No Holiday diterapkan sejak tahun 1998 yang berefek Jawa Pos Group tidak pernah libur kecuali pada saat hari raya Idul Fitri”, jelas Azrul. Inovasi lain yaitu  mengecilkan kolom yang dulunya 9 kolom menjadi 7 kolom, menjadi yang pertama dalam membagi kolom kolom menurut tema seperti politik ekonomi dan olah”raga, menjadi yang pertama membagi artikel berdasarkan regional seperti Radar Malang dan Radar Bromo, menyuguhkan Deteksi Revolution (sebuah tim yang dibuat untuk menarik pembaca muda untuk kembali membaca Jawa Pos), kreative dalam design front page lebih colourfull dan lebih menarik daripada koran lain. Jawa Pos pada tiap tahunnya membuat halaman khusus bagi pembacanya seperti Nouvelle yang dikhususkan pada keluarga muda dan artikel Better Generation tentang pebisnis muda dan wanita. Berkat inovasi-inovasi tersebut Jawa Pos mendapat penghargaan sebagai Young Reader Newspaper Of The Year 2011 dan Design Terbaik Se-Asia Pasifik oleh WAN IFRA, sebuah Asosiasi Surat Kabar Internasional.

Selain menceritakan prestasi yang diperoleh jawa pos, Azrul Ananda juga berbagi tips menarik dalam menjaga Culture Jawa Pos Group supaya tetap luwes. Beberapa diantaranya adalah selalu konsisten pada kebijakan manajemen anak muda, dimana segmen pasar yang dituju oleh jawa pos adalah anak muda. “Semua orang bisa menjadi pimpinan redaksi seperti pemimpin deteksi yang merupakan mahasiswa dan masih berumur 22 tahun,  namun memiliki kreativitas yang tinggi. Jawa Pos juga menerapkan Creating Unique Environment yang mana tiap hari Kamis setiap pegawai  Jawa Pos memakai baju warna pink, tujuannya adalah untuk menghargai wanita.

Dibalik inovasi dan budaya Jawa Pos yang membawanya hingga saat ini, ada sosok John Mohn (The Right Teacher John Mohn Story, kisah tentang seorang pemilik Koran lokal yang juga orang tua asuh Azrul Ananda selama di Amerika). “ Kisah tentang John Mohn seorang pemilik Koran lokal yang tinggal di kota kecil dengan penduduk sekitar 800 ribu orang namun mampu mengubah wajah dunia surat kabar.  Hal ini menunjukkan bahwa di tempat yang kecil pun kita bisa menjadi besar, “ ucap Azrul Ananda tentang John Mohn. Ia juga memaparkan fakta mengenai dampak dari era internet terhadap industri koran.  “Koran dan internet bukan saling mematikan tapi saling melengkapi. Tidak seperti di Amerika dan Eropa yang justru dengan adanya internet malah mematikan industri surat kabar. Di wilayah Asia justru sebaliknya, baik internet dan surat kabar semakin tumbuh. Industri surat kabar akan tetap beberapa tahun ke depan dan selalu beradaptasi mengikuti perkembangan zaman, ” ucapnya yakin.

Pada sesi akhir atau sesi tanya jawab, muncul satu pertanyaan menarik yang dilontarkan oleh salah satu peserta yaitu tentang bagaimanakah hubungan Jawa Pos Group dengan loper koran. Azrul pun menjelaskan bentuk kepedulian Jawa Pos terhadap loper koran, salah satunya yaitu dengan menjaga kestabilan harga koran Jawa Pos. Harga koran Jawa Pos dipasaran adalah Rp. 4500, sedangkan harga yang dikenakan kepada loper koran adalah Rp. 2500. “Jika koran dibeli dengan harga Rp. 3000 maka penjual akan untung Rp. 500  apabila dijual dengan harga Rp. 3500 mereka akan untung Rp. 1000 jika koran dijual dengan harga jual yang terpaut sedikit dengan biaya produksi maka loper koran akan kesulitan mendapatkan laba. Sselain itu pihak  Jawa Pos juga memberikan sumbangan dan hadiah kepada para loper koran yang ikut membantu dalam penjualan koran Jawa Pos, “ jelas Azrul Ananda sekaligus mengakhiri seminar. ( Dinar/ris )