BREFERENCE: Sustainability in Industrial 4.0 Integration with Triple Bottom Line

MALANG – Hari ini (7/11/2019) telah berlangsung acara Brawijaya Economics International Seminar (BREFERENCE) di aula gedung F lantai 7 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Seminar internasional perdana yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana FEB UB ini mengusung tema “Sustainability in Industrial Revolution 4.0: Integration with Triple Bottom Line”.

Acara ini menghadirkan Miftakhul Khoiri (Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia), Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE., M.Com (Accy), M.Com-Hons, CRS, CSRA, Ph.D (Guru Besar Akuntansi FEB UB), dan Agunan Paulus Samosir (Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multirateral Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu).

Pada kesempatan ini, Prof. Eko memaparkan tentang “Sustainability Report by Modifying Triple Bottom Line to Pentuple Bottom Line: An Imaginary Research Dialogue”. Menurutnya, menggunakan Triple Bottom Line saja tidak cukup, sehingga harus dilakukan dengan Pentuple Bottom Line. Pentuple Bottom Line terdiri dari People, Planet, Profit, Phenotechnology, dan Phropet.

Sedangkan Miftakhul Khoiri menyampaikan perihal “Digital Economy in Indonesia, Sustainability and Policy Challenges”. Indonesia merupakan negara dengan pengguna internet yang sangat tinggi, karena adanya pembangunan infrastruktur secara masif, perang harga, social media booming, chat apps that drives data penetration, introdction of Androis OS, cheap and affordable smartphone.

Miftakhul juga menyampaikan bahwa Bank Indnesia berada di posisi tengah, antara mendukung inovasi (Financial Technology) dan menjaga stabilitas sistem keuangan. “Kita juga perlu mengadakan interlink antara fintech dan perbankan”ujarnya.

Lain hal dengan Agunan Paulus Simosir, yang memaparkan tentang “Aksi Pengendalian Iklim di Indonesia”. Target penggunaan energi terbarukan di Indonesia sebanyak 23% tidak akan tercapai. Indonesia hanya mampu mencapai 12% di tahun 2025. Selain itu, beliau juga sempat menceritakan tentang pengalamannya di Kepulauan Mentawai, yang merupakan salah satu dari 122 desa tertinggal di Indonesia.

Acara seminar berjalan lancar dan antusiasme peserta seminar sangat tinggi. Diharapkan setelah acara ini berakhir, mahasiswa menjadi lebih sadar untuk menjaga keseimbangan ekosistem, meski dengan tindakan-tindakan kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.

Scroll to Top
Skip to content