<!–:id–>BREVITIES: Perbankan Nasional Harus Mampu Memanfaatkan Momen MEA<!–:–>

<!–:id–>HMJM: Sukses Selenggarakan Kompetisi Debat Nasional Management Edutainment<!–:–>
11 November 2014
<!–:id–>Deputi BPKP : Pelayanan Pemerintah kepada Masyarakat Harus Sama <!–:–>
12 November 2014

Brevities

Malang (25/10) – CIES (Center For Islamics Economics Studies) menggelar seminar nasional BREVITIES (Brawijaya Intensive Studies On Islamic Economics). Acara yang menjadi program kerja dua tahun sekali CIES ini digelar di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya.

Tidak tanggung-tanggung seminar nasional ini diisi oleh pemateri terkenal sekelas Bapak Kunrat Wirasubrata selaku “Acting Director Islamic Development Bank, Regional Office Kuala Lumpur”, Bapak Ali Sakti, M.Ec “Junior Research Perbankan Syariah di Bank Indonesia”, KH. Mahfudz Syaubari, M.A selaku pengusaha muslim pemilik 23 rumah makan dan 1000 hektar perkebunan gandum Indonesia, penyumbang pajak 400 juta perbulan dan Parni Hadi selaku pendiri Lembaga Amil Zakat terbesar di Indonesia, Dompet Dhuafa.

“Harapan kami dengan mendatangkan praktisi terkemuka, materi yang kami usung dalam tema Pembangunan Ekonomi ditinjau dari perspektif Ekonomi Islam dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta seminar. Yang mana notabennya peserta seminar ini adalah mahasiswa sebagai generasi muda yang harus memahami betul bagaimana mengembangkan keuangan syariah nasional menuju MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)”, tutur Safaris Lutfi Zakaria, ketua pelaksana BREVITIES 2014.

Dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II) di Bali Oktober 2003, bersama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-Culture Community (ASCC), MEA atau ASEAN Economic Community (AEC) mulai diperkenalkan. MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN ayng direncanakan mulai diimplementasikan pada tahun 2015. Untuk perbankan, khususnnya ASEAN-5, ditargetkan menghilangkan restriksi liberlisasi tahun 2020.

Indonesia merupakan negara dengan populasi terbanyak di ASEAN. Income perkapita dan share penduduk yang berpendapatan menengah ke atas juga cenderung naik. Ini menjadikan Indonesia  pasar yang besar bagi industri perbankan ASEAN.

Kondisi ini memberi artian integrasi tidak lantas sepenuhnya memberikan keuntungan bagi Indonesia. Yang perlu disadari, semakin terintegrasi akan semakin meningkatkan potensi risiko. Yang mana ini akan meningkatkan kewajiban (leverage) dan ketergantungan antar institusi keuangan. Ini juga menjadikan tingginya tuntutan penyediaan produk keuangan yang lebih beragam sehingga meningkatkan jenis dan eksposur risiko yang dihadapi.

“Harapan kami seminar nasional ini dapat menyadarkan peserta tentang risiko yang tengah dihadapi dunia perbankan Indonesia. Yang mana dalam seminar, pemateri menyampaikan bahwa perlu adanya penguatan ketahanan daya saing perbankan nasional. Perbankan nasional tidak hanya harus mampu menghadapi persaingan dari bank-bank ASEAN, tetapi juga mampu berkompetisi. Stabilitas sistem keuangan nasional pun harus tetap terjaga. Selain itu Indonesia harus mampu mengkondisikan adanya integrasi sektor keuangan ASEAN dapat berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia”, tutur Safaris Lutfi menegaskan kembali penyampaian dari pemateri. (hdn/azh)

Di upload oleh : agus widyatama
Di upload oleh : agus widyatama
Pengelola Sistem Informasi dan Kehumasan (PSIK FEB UB)