FEB UB White Teks (1)

Recent Posts

Categories

Covid19 dan Dampaknya terhadap Ekonomi?

Perekonomian dunia terus mengalami tantangan-tantangan baru:

  • Hadirnya revolusi industri 4.0 yang mencemaskan industri-industri bergaya lama.
  • Perang dingin AS dan Tiongkok, hingga
  • Serangan virus Covid-19

Setidaknya ketiga hal ini menjadi sebuah era baru VUCA, dimana ekonomi dunia dihadapkan pada posisi yang volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity. Artinya, kita harus mengakui kegamangan atas strategi apa yang harus dilakukan menghadapi tantangan-tantangan baru kedepannya.

Secara umum, dampak apa yang tiga hal besar diatas memberikan dampak apa pada perekonomian nasional dan lokal?

Dalam sudut pandang mikro (business), VUCA atau masalah-masalah ini adalah hal baru bagi mereka. Maka yang dihadapi, antara lain:

  • Bisnis mengalami tantangan yang baru.
  • Bisnis menghadapi konsumen yang baru dengan preferensi konsumen yang baru dan lebih kompleks.
  • Bisnis mengalami tantangan menggunakan inovasi digital.
  • Bisnis menghadapi kompetitor yang baru.
  • Bisnis mengalami keterbatasan dalam melakukan inovasi.
  • Bisnis mengalami kesulitan dalam merubahan kebiasaan lama.

Bagi bisnis, mereka akan melakukan beberapa hal dalam jangka pendek:

  • Melakukan evaluasi terhadap bisnis proses (model) sehingga akan mengubah haluan strategi bisnis dalam jangka pendek, menengah.
  • Melakukan efisiensi dengan melakukan pengurangan jumlah karyawan.
  • Menjadwal kembali hutang-hutang mereka.

Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut, khususnya pengaruh pandemic Covid19 maka ada beberapa hal yang harus diantisipasi. Namun, akan diuraikan dulu landscape ekonomi yang berubah akibat pandemi Covid19:

  1. Depresiasi rupiah akan terus terjadi yang disebabkan karena beberapa hal yang kompleks.
    • Penurunan produksi di Tiongkok (akibat lockdown) mengurangi supply dunia, sehingga kurva AS (Agregate Supply) akan tergeser kekiri mengurangi jumlah output dan menaikkan harga. Hal ini tentu akan mendorong depresiasi rupiah, krn Indonesia adalah Net Importer.
    • Penurunan kinerja perusahaan domestik (akibat pandemic Convid19) akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia dalam jangka pendek (pasar saham). Hal ini tentu saja akan mendorong capital outflow sehingga terus mendepresiasi rupiah.
    • Masa depan ekonomi Indonesia yang belum jelas tentu saja mengurangi minat investor untuk berinvestasi di seluruh jenis instrumen keuangan (surat hutang), hal ini tentu saja akan berdampak pada melemahnya rupiah.
  2. Investasi domestik maupun asing tentu saja akan berkurang karena “ekspektasi investor” yang masih belum stabil. Sehingga mereka akan menunda investasi mereka dalam jangka pendek dan menengah.
  3. Preferensi Konsumen yang “shock” akibat pandemic Covid19:
    • Mereka akan prefer dan mengutamakan kebutuhan primer, dibandingkan sekunder maupun tersier bahkan menunda leisure mereka karena ancaman pandemic dan efek campaign pemerintah (#workfromhome, #socialdistancing)
    • Konsumen akan cenderung mengkonsumsi barang-barang sehat yang diyakini mampu meningkatkan imunitas mereka. Rempah-rempah (organik); Makanan dan minuman kesehatan; Mengurangi Rokok
  4. Biaya telekomunikasi akan meningkat tajam seiring dengan semakin ingin tahunya masayakat atas informasi-informasi dan perkembangan baru.
  5. Masyarakat akan mengurangi keinginan mereka untuk berpergian (penurunan yang tajam biaya transportasi)

Kemudian apa yang dilakukan oleh Pemerintah lokal untuk mengantisipasi dampak ekonomi secara luas?

Sebelum membahas ini, perlu menjadi perhatian bersama. Dalam ilmu ekonomi kita selalu belajar tentang Trade-off, yaitu dua pilihan ekstreem antara lockdown (kesehatan masyarakat membaik) dan Ekonomi (kesehatan masyarakat memburuk).

Dalam hal ini, lockdown adalah menghentikan keseluruhan aktivitas ekonomi masyarakat, dan pilihan ekonomi adalah tidak adanya pembatasan social distancing dll. Tentu pilihan ekstreem ini tidak dilakukan di Indonesia. Namun, pendulum pilihan ada diantara atau memihak yang mana.

So, strategi apa yang harus dilakukan?

  1. Strategi solidaritas ekonomi lokal.
  2. Realokasi anggaran untuk kebutuhan mendesak dan strategis.
  3. Kebijakan Targeted saja pada yang paling terdampak atau yang paling memberikan value paling tinggi untuk mengurangi resiko Convid19.
  4. Jaga supply dan stock kebutuhan pokok (dasar) tersedia dan harganya terjangkau.
  5. Jaga ekspektasi masyarakat agar tidak “panik”.
  6. Insentif kebijakan untuk mendukung ekonomi lokal.

Namun, sebelum lebih detail. Siapa Pahlawan di Era Covid19? Inilah person-person yang punya andil besar dan positif di Era Convid19.

  1. Paramedis (dokter, suster dan pegawai rumah sakit). Bagaimana memberikan insentif bagi mereka untuk terus semangat bekerja, menjaga kesehatan dll.
  2. Bagaimana memberikan insentif bagi mereka untuk terus semangat bekerja, menerima subsidi pupuk dan efisiensi biaya input, menjaga kesehatan dll.
  3. Driver OJOL. Bagaimana memberikan insentif bagi mereka untuk terus semangat bekerja, menjaga kesehatan dll.
  4. Satpol PP. Bagaimana memberikan insentif bagi mereka untuk terus semangat bekerja, menjaga kesehatan dll.

Kemudian, siapa yang paling beresiko terhadap convid19 selain 4 orang diatas, adalah Manula atau orang tua yang juga memiliki penyakit bawaan yang dapat semakin buruk kesehatannya ketika terjangkit Covid19. Oleh karena itu, perlu jg targeted actions untuk menyelamatkan mereka.

Strategi solidaritas ekonomi lokal.

  • Hal paling simple yang bisa dilakukan di era Covid19 dan recovery adalah mengembalikan kembali kejayaan ekonomi lokal (UMKM).
  • Kita bisa melakukan gerakan support produk-produk lokal, membatasi import untuk menjaga cadangan devisa dan rupiah.’
  • Kembali mendukung sektor pertanian dimana sektor ini menjadi primadona di era “self-quarantine”, dimana orang akan bertahan untuk sehat dan bertahan untuk tetap makan.
  • Kita dorong industri-industri baru maupun lama untuk terus berproduksi menciptakan inovasi produk (hilirasi) sektor-sektor pertanian, perkebunan (primer) yang memang saat ini urgent dibutuhkan masyarakat.
  • Kita dorong juga seluruh upaya dan inovasi di sektor makanan kesehatan, agar masyarakat lebih mengenal apa yang seharusnya mereka makan? Mengapa makanan organik lebih baik dll.
  • Dorong bisnis-bisnis lokal yang memproduksi Jamu. Kembangkan Jamu-jamu tradisional dengan pendekatan klinis, berkolaborasi dengan Perguruan tinggi.

Realokasi anggaran untuk kebutuhan mendesak dan strategisSeluruh OPD adalah Satgas Covid19. Namun gerak mereka harus terpadu, terencana dan terukur.

  • OPD Perindustrian, Perdagangan dan UMKM mengawal pasar-pasar tradisional mendapatkan pengawalan khusus, kaitannya dengan keamanan, kesehatan, ketersediaan stock dan insentif untuk menggiatkan pasar tradisional.
  • OPD Pemberdayaan masyarakat mendorong UMKM yang dapat mencegah penyebaran Covid19: Pembuatan Masker, Bilik semprot disinfektan dan hal-hal inovatif lainnnya untuk mendukung upaya-upaya pemerintah mengurangi penyebaran Covid19.
  • OPD Kesehatan terus mengembangkan data real-time tentang PDP, ODP, Suspect dll yang terhubung dengan CallCenter atau Satgas Covid19. Untuk menghindari penumpukan pasien di RS, serta untuk mengedukasi ciri-ciri symptomps Covid di masyarakat.
  • Penyiapan Gugus di level kelurahan sebagai bagian mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah kabupaten/Kota:
    • Menutup dan memberhentikan keramaian.
    • Mengedukasi masyarakat ttg social distancing, hoax, tidak panic buying dll.

Anggaran harus strategis dan targeted untuk yang paling terdampak dan pahlawan yang beresiko (Paramedis, OJOL, Petani dll.)

  • Insentif khusus dinas kesehatan untuk paramedis dan staf.
  • Insentif khusus bagi petani.

Jaga supply dan stock kebutuhan pokok (dasar) tersedia dan harganya terjangkau.

  • Insentif dan Subsidi Bagi Petani.
  • Insentif dan Subsidi Bagi Pasar Tradisional.
  • Mendorong logistik sistem Pasar Tradisional dengan Masyarakat.

Jaga ekspektasi masyarakat agar tidak “panik”.

  • Pemerintah lokal terus melakukan operasi pasar.
  • Pemerintah terus mengupdate ketersediaan bahan pangan.
  • Pemerintah menjaga agar tidak terjadi panik-buying dengan menindak upaya-upaya pelanggaran (penimbunan dan panik buying).

Insentif kebijakan untuk mendukung ekonomi lokal.

  • Pengurangan pajak bagi sektor-sektor yang paling memberikan manfaat di Era Pandemi: kuliner.
  • Fasilitasi dengan perbankan untuk rescheduling

Dorong penggunaan E-Money dan E-Wallet

  • Kurangi kontak fisik dengan benda mati (uang). Karena alat transaksi ini juga menimbulkan resiko bagi penyebaran virus Covid19.

Pelajaran Penting di Era Covid19, kaitannya dengan kebijakan publik?

  1. Menjaga agar masyarakat tidak panik adalah hal yang perlu untuk terus dilakukan. Dengan apa?
    • Terus menangkal HOAX (bahkan harus lebih cepat, agar tidak melebar dan membuat kepanikan baru.)
    • Terus melakukan tindakan tegas untuk mematuhi peraturan pemerintah (social distancing dll).
    • Terus melakukan upaya pencegahan (disinfektan dll)
    • Terus melakukan upaya operasi pasar, agar masyarakat yakin bahwa stock pangan tersedia di pasaran.
  2. Jangan gegabah. Cepat memang perlu. Namun analisa costs-benefit tetap harus dilakukan. bahkan akal sehat pun perlu untuk dilakukan atas apa yang dilakukan oleh Pemerintah. Semua harus terpadu, terencana dan terukur.
  3. Kembalikan Kampanye kembali ke Produk Lokal untuk memperbaiki cadangan devisa dan nilai tukar. UMKM harus kembali berkibar pasca recovery Convid19.
  4. Kebijakan harus targeted. Analisa siapa yang “Paling” Paling” dan “Paling” terdampak. ingat, anggaran pemerintah terbatas, personel pun terbatas. sehingga dipikirkan betul siapa yang paling terdampak. Bekerja dengan Prioritas!.
  5. Kebijakan publik tidak akan efektif tanpa dukungan masyarakat, komunitas, tokoh masyarakat dll. rangkul mereka agar kebijakan ini bisa lebih kredibel. Dorong upaya gotong royong untuk membangkitkan semangat melawan rasa takut, panik dan tindakan yang melemahkan kebijakan pemerintah.

Terakhir, krisis Convid19 harus diakhiri dan jangan sampai berevolusi menjadi krisis kepanikan dan “ketidakpercayaandiri”. inilah yang harus dikembalikan di Masyarakat, bahwa Pemerintah adalah really otoritas yang mampu menyelesaikan ini dengan terpadu, terencana dan terukur. Maka kunci apa yang dilakukan pemerintah adalah transparansi dan “akal sehat”. Dalam hal ini, maka kerjasama dan kolaborasi medis (kesehatan), IT dan riset di bidang farmasi harus dilakukan untuk menangkal Covid19-20-21 dan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi di masa depan.

Ini saatnya berkolaborasi dan perang terhadap rasa panik dan ketakutan. Berhentilah menyebar hoax! Dan jangan terlibat dalam menciptakan ketakutan publik. Pemerintah harus jadi garda depan, bersama-sama dengan seluruh stakeholders untuk melawan dan mengantisipasi setiap resiko yang terjadi.

Dias Satria.

Dosen FEB UB

Scroll to Top