
Turirejo – Terhitung pada 30 Juli 2025, sebanyak total 9 Nomor Induk Berusaha (NIB) pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Desa Turirejo diajukan kepada Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Angka ini turut disusul dengan keberhasilan pembuatan serta pembagian 12 Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) serta pembukuan keuangan digital berupa spreadsheets. Bantuan pemberdayaan ini diinisiasi oleh kelompok tiga Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya untuk Desa Turirejo.
Luaran tersebut hadir sebagai tindak lanjut dari program kerja berupa sosialisasi sekaligus pendampingan mengenai pembuatan Nomor Induk Berencana (NIB), Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), dan pembukuan keuangan digital. Program ini digagas oleh tiga mahasiswa lintas jurusan: Suci Irma Adriana (Hukum), Muhammad Irfanny Priyadi (Akuntansi), dan Putri Amanda Damayanti (Administrasi Bisnis), sebagai bagian dari pendampingan dan legalisasi usaha mikro.
Sosialisasi gabungan yang terlaksana pada Kamis, 10 Juli 2025 lalu mengantongi setidaknya 15 nama pelaku UMKM Desa Turirejo yang hendak dijadikan sasaran utama bantuan digitalisasi keuangan. Proses pendampingan dilakukan terhitung sejak Sabtu, 12 Juli 2025. Pelaku UMKM yang didatangi berasal dari daftar peserta yang hadir dalam sosialisasi di hari sebelumnya. Daftar nama ini terus bertambah seiring dengan meningkatnya pelaku UMKM yang membutuhkan bantuan pembuatan NIB, QRIS, maupun pengelolaan keuangan digital.
Beragam jenis usaha dilibatkan, mulai dari warung makan, es teler, katering, toko kelontong, laundry, hingga toko bangunan. Antusiasme tinggi terlihat dari bertambahnya peserta pendampingan secara bertahap. Salah satu peserta, Sudarsono yang merupakan pemilik warung bakmi dan nasi goreng, mengaku kini lebih memahami alur keuangan usahanya.
“Menurut saya sangat bermanfaat sekali. Mempermudah transaksi jual beli dan pembukuan keluar masuknya keuangan,”
ujar Sudarsono (28/07).
Di sisi lain, Sugiaman, pelaku UMKM yang juga bergerak dalam bidang makanan yang biasanya dapat ditemui di Balai Desa Turirejo pada malam hari mengekspresikan antusiasmenya dengan pengenalan QRIS, NIB, serta pembukuan keuangan digital yang dilakukan oleh mahasiswa. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya warga setempat masih jarang yang menggunakan QRIS.
“Kebanyakan yang menggunakan QRIS ya warga dari luar desa,”
tutur Sugiaman saat ditemui dalam wawancara (29/07).
Di akhir, Sugiaman berharap agar pengguna QRIS semakin banyak di Desa Turirejo sendiri. Sebab, hanya sebagian kecil saja warga Turirejo yang menggunakan sistem pembayaran digital. Hal tersebut yang menjadi latar belakang Sugiaman dulunya bersikeras untuk tidak beralih dari sistem pembayaran tunai menuju non-tunai.
[Muhammad Irfanny Priyadi]