Nanang Suryadi Tak Gentar Disejajarkan Dengan Penyair Internasional

Kenapa Harus Menulis?
7 April 2012
Debat Epistemologi: Optimalisasi Potensi Diri dengan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar
11 April 2012

Seorang sastrawan tidak mengenal latar belakang pendidikan, agama, dan budaya. Siapa saja bisa menjadi seorang penyair atau sastrawan. Hal ini lah yang tercermin pada dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), Nanang Suryadi, SE.,MM. Disamping aktivitasnya sebagai seorang pengajar, Nanang Suryadi, SE.,MM terbilang cukup aktif menghasilkan karya baik puisi maupun cerita pendek (cerpen). Kemampuannya dalam dunia syair memang tidak perlu diragukan lagi. Ratusan bahkan ribuan bait-bait puisi telah tercipta dari seorang dosen yang juga dipercaya untuk memimpin salah satu komunitas penyair Indonesia.

Sabtu-Senin (7-9/4) lalu, Nanang Suryadi, SE.,MM menghadiri Festival Puisi Internasional 2012 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tidak sekadar menghadiri Festival, Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan FEB UB ini juga turut membawakan karya terbaiknya dihadapan penyair lain yang berasal dari berbagai negara diantaranya Jerman, USA, Australia, India, Afrika Selatan, Macedonia, New Zeland, Switzerland, Belanda, Denmark, Island, Sweden, Zimbabwe, Paris dan Indonesia. Acara yang bertajuk “What’s Poetry” ini merupakan hasil kerjasama dengan Forum Penyair Internasional Indonesia (FPII),

“Saya sangat senang dapat bertemu dengan para penyair dari 5 benua. Tidak semua penyair Indonesia dapat tampil dan membawakan karyanya dalam Festival itu. Setidaknya para penyair Indonesia haruslah dianggap layak tampil oleh 2 kurator yaitu Afrizal Malna dan Saut Situmorang (sastrawan kenamaan Indonesia)”, ucap dosen Jurusan Manajemen FEB UB dengan bangga. Atas penilaian 2 kurator tersebut, Nanang Suryadi,SE.,MM akhirnya terpilih menjadi salah satu penyair yang berkesempatan membacakan karya-karya terbaiknya. Terdapat 6 puisi yang dibawakan oleh ayah dari 2 orang anak ini, masing-masing 3 puisi berbahasa Inggris, dan 3 puisi berbahasa Indonesia, diantaranya berjudul “I want to catch fish from dry ideas | aku ingin menangkap ikan dari ide yang kering”, “Membunuh Kamus”, “Membunuh Puisi”, “Reading | Membaca”, dan The Honshu-Kyushu Strait | Selat Honshu-Kyushu”.

Sepak terjangnya didunia sastra dimulai ketika ia duduk dibangku sekolah dasar. Tercatat sejak 1993, telah banyak karya-karyanya dibukukan. Karya terakhir yang dirilis yaitu berjudul “BIAR!” (Indie Book Corner, 2011), “Cinta, Rindu & Orang-orang yang Menyimpan Api dalam Kepalanya” (UB Press, 2011). Kecintaan pada dunia syair dan sastra ternyata diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Hal ini lah yang membuat pria kelahiran Pulomerak-Serang terus mencintai dunia syair dan sastra, dan akan terus menghasilkan karya-karya yang dapat disejajarkan dengan penyair internasional. (ris/luth)