Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) kembali menyelenggarakan Guest Lecture bertajuk “Think Green, Invest Wise: Navigating Climate Risks and Behavioral Finance for Tomorrow” pada Jumat, 21 November 2025. Acara berlangsung secara hybrid di Gedung F Lantai 7 FEB UB dan diikuti oleh mahasiswa S1.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Departemen Manajemen FEB UB, Dr. Nanang Suryadi, S.E., M.M., yang menekankan pentingnya pemahaman finansial dan risiko iklim bagi mahasiswa manajemen modern. Turut hadir memberikan dukungan akademik, Prof. Ananda Sabil Hussein.

Materi Pertama disampaikan oleh Helmi Ishartanto, SE., MM., MBA. (Department Head Operation Risk Strategy, Bank BRI), yang merupakan alumni FEB UB.

Beliau memaparkan bagaimana perbankan nasional, khususnya BRI, menerapkan sustainable finance dalam menilai risiko iklim. Ia menunjukkan bagaimana perubahan iklim memengaruhi portofolio kredit dan keputusan pembiayaan, serta bagaimana bank menerapkan strategi mitigasi berbasis ESG.

Materi ini memberikan wawasan praktis mengenai bagaimana lembaga keuangan mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam manajemen risiko modern.

Pembicara Kedua, Dr. Muhammad Ahmad Cheema (Senior Lecturer in Finance, University of Otago, New Zealand), hadir secara daring dan membawakan materi dengan judul “Why We Make Bad Money Decisions?”

Dalam pemaparannya, Dr. Cheema menunjukkan sejumlah alasan utama mengapa individu sering terjebak dalam pengambilan keputusan finansial yang keliru. Berdasarkan slide yang ditampilkan, faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Poor Financial Literacy (rendahnya literasi keuangan)
  • Financial Fatigue (kelelahan finansial akibat tekanan ekonomi)
  • Status Pressure (dorongan sosial untuk terlihat “mampu”)
  • Not Seeking Advice (enggan meminta nasihat profesional)
  • Behavioural Biases (bias perilaku yang memengaruhi rasionalitas)

Lebih lanjut, Dr. Cheema juga menjelaskan prinsip money management sederhana yang dapat diterapkan mahasiswa, seperti bagaimana mengalokasikan pendapatan ke beberapa pos keuangan (saving–investing–spending) dengan persentase yang proporsional. Beliau menegaskan bahwa disiplin adalah kunci, bukan sekadar besar kecilnya pendapatan.

Sesi diskusi berjalan interaktif. Peserta banyak menanyakan contoh perilaku finansial bias pada generasi muda, pengaruh media sosial terhadap keputusan investasi, hingga bagaimana bank menilai risiko iklim dalam pemberian kredit.

Scroll to Top
Skip to content