Senin (4/3) bertempat di Ruang Sidang Utama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) telah berlangsung pembukaan kegiatan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) School of Political Economy (ISPE) Angkatan 15 oleh Wakil Rektor IV UB. Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati.
Dalam ISPE yang dituan rumahi oleh FEB UB, INDEF menghadirkan sejumlah narasumber pengisi pelatihan selama 3 hari (4-6 Maret 2019), diantaranya Prof Ahmad Erani Yustika (Staf Khusus Presiden RI Bidang Ekonomi), Dr Emil Elestianto Dardak, M.Sc (Wakil Gubernur Jawa Timur), Prof Didik J Rachbini (Ekonomi Senior INDEF), M Fadli Hasan (Anggota BSBI), Eko Listiyanto, MSE (Wakil Direktur INDEF), Esther Sri Astuti, PhD (Peneliti INDEF), Dias Satria, PhD (Dosen FEB UB) dan Abdul Ghofar, DBA (Dosen FEB UB).
Sebagai salah satu lembaga riset independen terkemuka di Indonesia, INDEF memfokuskan diri pada kajian publik bidang ekonomi dan keuangan. Tidak hanya merilis hasil riset secara berkala, INDEF juga menyelenggarakan ISPE yang diharapkan dapat menjadi wadah masyarakat untuk memahami konsep dasar ekonomi dan analisa ekonomi serta ekonomi-politik. ISPE telah diadakan di berbagai kota di Indonesia (Jakarta, Makassar, Padang dan lainnya) dan beberapa negara (London, Tokyo, Australia dan Rusia). Dalam waktu dekat, ISPE akan mengadakan kegiatan pelatihan di Amerika dengan mengusung topik segar dan menarik.
ISPE Angkatan 15 diminati tidak kurang oleh 250 pendaftar dan hanya terpilih 30 peserta yang berhak mengikuti ISPE bertajuk Ekonomi Politik dan Peran Pemerintah Daerah dalam Menghadapi Ekonomi Global dan Industri 4.0 ini. Pengusaha, peneliti, dosen, mahasiswa dan umum dari berbagai kota di Indonesia menjadi peserta ISPE Angkatan 15.
Materi diawali pemaparan kondisi perekonomi dan peran pemerintah daerah dalam Industri 4.0 serta kaitan dengan ekonomi-politik yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur. Dalam salah satu paparannya, Dr Emil menyatakan bahwa tren lahirnya start up di Indonesia tidak hanya ditujukan untuk menjadi Unicorn melainkan diharapkan akan menjadi katalisator dan enabler kemajuan dan perkembangan ekonomi daerah dan Negara. Lebih lanjut, Indonesia harus bersiap menghadapi Future Industry yang menuntut adanya kreativitas dan adopsi teknologi. Diakui bahwa pemerintah daerah menjalankan berbagai usaha untuk mendukung peningkatan industri melalui sejumlah program pelatihan hingga penyaluran modal usaha.
Pada materi kedua yaitu Optimalisasi Anggaran Daerah Dalam Mendukung Industri 4.0, Abdul Ghofar, DBA (Dosen FEB UB) menyajikan sejumlah data perkembangan industri dunia dari masa ke masa. Menurutnya, masyarakat, industri dan pemerintah perlu berkerja bersama untuk menghadapi Industri 4.0 yang diklaim mampu menghasilkan efisiensi pada berbagai sektor. Salah satu implementasi Industri 4.0 yaitu adanya Smart Cities yang berhasil menekan biaya hingga $ 19 Bilion yang diperoleh dari 88 Smart Cities di dunia.
Materi terakhir pada hari pertama ISPE ditutup dengan Pelatihan Menulis INDEF oleh Eko Listiyanto, MSE yang membagikan pengalamannya sebagai periset dan penulis artikel pada berbagai media massa terkait makroekonomi. INDEF dalam berbagai kesempatan diundang dan dipercaya untuk mengisi sebuah forum maupun kolom berita pada berbagai media massa. Hal ini tidak lain adalah hasil konsistensi INDEF dalam menghasilkan kajian-kajian yang berkualitas dalam sebuah tulisan. (Risca Fitri Ayuni)