Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) mengundang Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sebagai pemateri kuliah perdana secara daring pada Senin (23/8/2021).
Kepada mahasiswa, Bahlil menceritakan perjuangannya sejak kecil hingga saat ini menjabat posisi strategis dan menjadi tokoh nasional.
“Saya lahir dari keluarga sederhana. Ibu saya buruh cuci pakaian di rumah orang alias pembantu rumah tangga. Ayah saya buruh bangunan gajinya 7.500. Kami delapan bersaudara. Sebenarnya 9, 1 meninggal,” ujarnya.
Pria kelahiran Maluku ini dulunya sekolah di SD Inpres. Dia menyelesaikan pendidikan tingkat SMP dan SMA di Fak-Fak, Papua Barat.
“Karena orang tua saya susah, sejak kecil saya udah cari duit sendiri. Jualan kue. Pagi-pagi subuh ibu saya buat kue, saya jual pagi-pagi. Itu SD. Kemudian SMP, saya kondektur angkot. Dari kondektur jadi supir. Hidup di terminal aja ada pangkatnya,” jelasnya.
Bahlil menjelaskan, hidup di terminal adalah tempat yang sangat keras. Dia sejak kelas 1 SMP bekerja di lingkungan yang keras. Jika lagi sekolah, sorenya adalah waktu dia bekerja.
“Setelah itu saya kuliah ke Jayapura. Dari Jayapura ke Fak-Fak itu saya naik kapal perintis. Muatannya ada ayam, kambing dan lain-lain. Ya saya kuliah di sana,” bebernya.
Dia tinggal di asrama dan sambil kerja. Dia pernah menjadi loper koran dan aktif sebagai aktivis HMI. Dia pernah juga menjabat ketua senat.
“Saya pernah dipenjara bukan karena ambil hak orang, karena pergerakan mahasiswa tahun 98 waktu itu,” ungkapnya.
Ia juga menerangkan yang memiliki titel maha hanya dua. Yakni Tuhan yang Maha Kuasa dan mahasiswa. “Artinya adik-adik ini siswa yang paling besar. Karena itu diberikan kewenangan melebihi yang lain,” ucapnya.
Kemudian, ia masuk dunia usaha dan menjadi pengusaha sukses. Awalnya, mengapa dia tertarik masuk dunia pengusaha? Karena capek dengan kemiskinan.
“Bayangkan dari lahir sampai mahasiswa, saya kuliah 7 tahun. Hampir tidak lulus gara-gara asyik jadi aktivis. Hampir 26 tahun, ekonomi saya susah,” katanya.
Bahlil lanjut menjelaskan, dia masuk dunia usaha mulai dari bawah. Hingga masuk menjadi pengurus HIPMI daerah dan masuk ke Jakarta hingga menjadi Ketum HIPMI.
“Saya katakan kampus tidak menjamin kualitas mahasiswa. Yang menjamin kualitas mahasiswa adalah mahasiswa nya sendiri,” sambungnya..
“Jangan kuliah cari ijazah. Kalau begitu berhentilah kalian. Jadi kuliah untuk menjadi PNS. Jangan. Carilah ilmu. Siapkan diri. Maka pekerjaan yang akan mencari adik-adik. Saya memposisikan diri seperti itu,” bebernya gamblang.
Sementara itu, Dekan FEB UB Abdul Ghofar, SE., M.Si., DBA., Ak meminta mahasiswanya belajar dari kisah inspiratif Bahlil Lahadalia. “Ini yang perlu kita contoh apalagi FEB punya mental enterpreneur yang tangguh dan kuat,” pungkasnya saat kuliah perdana.