Malang – Muhammad Ridho Faza (Akuntansi 2016) telah mengikuti rangkaian kegiatan Great Indonesian Leaders Summit (GILS) 2018 pada Sabtu-Senin (21/7-23/7) di Kota Batu. Ia dan tim berhasil meraih Best Project dengan mengusulkan solusi untuk permasalahan pernikahan dini dan modern slavery dengan membentuk “BRAVE”, yaitu sebuah komunitas untuk mencapai chamber kelima SDGs.
GILS merupakan konferensi kepemimpinan Inovator Nusantara guna menciptakan gerakan kolaboratif pemuda pemudi terbaik Indonesia dalam mewujudkan Sustainable Deveopment Goals (SDGs), yang mana kali ini chamber yang diusung adalah Tanpa Kemiskinan,Tanpa Kelaparan, Kesetaraan Gender, Energi Bersih dan Terjangkau, Kota dan Pemukiman Berkelanjutan, dan Ekosistem Laut.
Mahasiswa yang kerap disapa Ridho ini menceritakan bahwa ia telah berhasil melalui beberapa tahapan seleksi hingga ia berhasil terpilih bersama 179 pemuda dari seluruh Indonesia. “Saya memilih chamber kesteraan gender, dan dalam chamber ini terdapat 29 orang, paling sedikit diantara chamber yang lain”paparnya.
Ridho juga menceritakan setiap rangkaian yang ia jalani selama tiga hari itu, mulai dari Mega Conference yang menghadirkan Indriana Nugraheni (Manajer Pilar Pembangunan Tenaga Hukum dan Tata Kelola SDGs, BPPNI), Jackie Yap (Founder dan CEO HiGi Energy Malaysia), Rahyang Nusantara (Network Coordinator SDSN Youth Indonesia), dan Lucky Perdana (Public figure). Kemudian Batu Engagement, GILS Night Project, Coaching, GILS Night Out, Outbond, dan Batu City Tour.
Bagi Ridho, yang paling berkesan adalah saat Batu Engagement. Ia dan tim dilokasikan di Sekolah Perempuan Desa (SPD) Batu. “SPD ini fokusannya untuk ibu rumah tangga di desa, tujuannya untuk mengubah pemikiran dan lifestyle wanita desa dengan mengadakan pelatihan salon, diajari cara menyampaikan aspirasi dan lain-lain dengan harapan dapat memaksimalkan potensi wanita desa”papar Ridho.
Sedangkan yang paling mendebarkan dan menyenangkan bagi Ridho adalah saat GILS Night Out. Dimana tiap chamber harus mempresentasikan projectnya di depan juri yang berasal dari Pemkot Batu, Kemenpora, dan CO-Founder IN si array. Ia dan tim sempat pesimis, namun apapun hasilnya ia dan tim tetap berkomitmen untuk melaksanakan project yang telah dirumuskan. “Kita sudah berkomitmen akan tetap melaksanakan project ini, apapun yang terjadi”katanya. Namun, pesimis itu lenyap saat diumumkan bahwa projectnya terpilih sebagai Best Project.
Mahasiswa yang diamanahi sebagai Bendahara dalam Project BRAVE ini juga membocorkan sedikit mengenai projectnya yang akan dikemas dalam dua event, yakni campaign dan pendidikan (psycological support). BRAVE juga akan segera launching di bulan September. Meski terkendala SDM yang tersebar di seluruh Indonesia, namun ia dan tim tak pupus harapan untuk mengubah pola pikir tentang pernikahan dini dan modern slavery di Indonesia.