
Ngawi, Jawa Timur – Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menghadirkan inovasi digital bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Jogorogo, Kabupaten Ngawi, melalui program “JOGODIGI: Jogorogo Go Digital”. Program ini berfokus pada penguatan promosi dan sistem pembayaran dengan memperkenalkan katalog digital serta penggunaan QRIS.
Program ini digagas oleh Maharani Nur Fajariah, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UB yang tergabung dalam kegiatan Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025. Ia mendampingi dua UMKM lokal yang bergerak di bidang makanan olahan dan rumah tangga, dengan fokus pada dua permasalahan utama: belum optimalnya promosi digital dan rendahnya pemanfaatan pembayaran non-tunai.
Menggali Potensi, Menjawab Tantangan UMKM Lokal

Mayoritas pelaku UMKM di Desa Jogorogo, khususnya di sektor makanan ringan dan produk olahan rumah tangga, masih mengandalkan metode promosi konvensional seperti dari mulut ke mulut, pemasaran langsung, atau hanya melalui bazar desa. Selain itu, transaksi masih sepenuhnya tunai, sehingga tidak hanya menyulitkan konsumen era digital, tetapi juga menyulitkan pelaku usaha dalam pencatatan dan efisiensi keuangan.
“Banyak pelaku usaha di sini belum ngerti cara membuat katalog produk, apalagi soal pembayaran QRIS. Kami disini masih mengandalkan dari status WhatsApp sama ngomong ke tetangga saja,”
ujar Harti, pemilik warung di depan SMPN 1 Jogorogo.
Kegiatan dilaksanakan dalam beberapa tahap, mulai dari pemetaan mitra UMKM, pelatihan pembuatan katalog digital, hingga pendampingan aktivasi QRIS. Katalog disusun melalui sesi pemotretan produk dan deskripsi, kemudian didistribusikan dalam format digital dan cetak, termasuk wawancara lanjutan untuk mengevaluasi dampak nyata terhadap peningkatan penjualan dan efisiensi transaksi.
“Saya merasa usaha saya naik kelas. Sekarang pembeli bisa bayar pakai QRIS dan katalognya juga membantu promosi,”
ujar Retno, pelaku UMKM batagor.
Selaras dengan SDGs dan Arah Pembangunan Nasional

Program ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Melalui peningkatan literasi digital dan akses ke sistem pembayaran elektronik, pelaku UMKM di pedesaan dapat lebih kompetitif dan inklusif dalam ekonomi digital nasional.
Lebih dari itu, kegiatan ini menunjukkan bahwa kehadiran mahasiswa di desa bukan hanya membawa teori, tetapi juga praktik yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Maharani sebagai pelaksana program juga menyampaikan harapan agar program ini tidak berhenti pada satu intervensi, melainkan bisa diadopsi secara luas oleh desa lain.
“Digitalisasi UMKM adalah pintu awal agar desa tak tertinggal dalam ekonomi digital. Kami percaya, dengan pendampingan yang tepat dan berbasis kebutuhan, pelaku usaha di desa mampu tumbuh sejajar dengan pelaku usaha di kota,”
ungkap Maharani.
Program ini tidak hanya memperkenalkan teknologi, tetapi juga mendorong perubahan nyata dalam kebiasaan berusaha masyarakat. Pelaku UMKM yang sebelumnya belum mengenal QRIS kini mampu menggunakannya dalam transaksi harian. Katalog digital pun menjadi media promosi baru yang efektif.
[Maharani Nur F.]