SEBAGAI salah satu sektor yang terdampak sangat dalam, kini sektor pariwisata berupaya keras mencari formula yang sesuai untuk dapat kembali bangkit dari keterpurukan dan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional.
Sebelum pandemi terjadi, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian domestik. Pariwisata merupakan komoditas yang paling berkelanjutan dan menyentuh hingga ke level bawah masyarakat. Sektor pariwisata dinilai memiliki andil cukup besar dalam pendapatan devisa negara, termasuk dalam penciptaan kesempatan kerja. Sejak 2013-2019 setiap tahun kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional terus menanjak. Pada tahun 2019, kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,8%. Nilai tersebut meningkat 0,30 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Tak hanya itu, sektor pariwisata di Indonesia juga telah menjadi andalan devisa negara. Pada tutup buku 2018, sektor ini mampu menyumbang devisa terbesar dengan nilai mencapai lebih dari USD19,2 miliar. Devisa terbesar sektor wisata ini disumbang dari Bali dengan kontribusi mencapai 40%. Disusul Jakarta dengan 30% dan Kepulauan Riau (Kepri) dengan kontribusi 20%.
Kemajuan pesat sektor pariwisata Indonesia juga ditunjukkan melalui peningkatan daya saing di tahun 2019. Laporan The Travel & Tourism Competitiveness Report yang dirilis WEF (World Economic Forum) 2019 menunjukkan bahwa peringkat indeks daya saing pariwisata Indonesia di dunia mengalami peningkatan dari peringkat 42 di tahun 2017 menjadi peringkat 40 di tahun 2019.
Melihat pesatnya perkembangan sektor pariwisata, tak heran jika pemerintah berjibaku untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Salah satunya dengan menciptakan 10 destinasi pariwisata unggulan di antaranya Danau Toba, Labuan Bajo, dan Candi Borobudur. Program 10 destinasi pariwisata tersebut merupakan program pemerintah untuk mengembangkan 10 destinasi wisata prioritas untuk mendongkrak pemerataan pariwisata Indonesia. Pengembangan 10 destinasi tersebut juga diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja di 10 destinasi wisata prioritas.
Pariwisata di Tengah Pandemi
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB global pada 2019 sebesar 10% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 50% pada dekade berikutnya. Ironisnya, harapan tersebut dalam sekejap pupus ketika dunia dihadapkan dengan wabah Covid-19 yang berdampak signifikan terhadap sektor pariwisata, termasuk Indonesia. Wabah ini telah menciptakan efek domino yang terparah dalam ekosistem pariwisata.
Sejak pandemi Covid-19 muncul di Indonesia pada awal 2020, sektor pariwisata dan berabagai sektor turunannya (seperti hotel, makanan-minuman, penyedia layanan kebersihan, pemandu wisata lokal dan transportasi) mengalami pukulan besar. Data LPEM UI (2020) menyebutkan bahwa jumlah penumpang pesawat rute internasional yang tiba di Indonesia berkurang tajam dari 1,5 juta orang pada Desember 2019 menjadi 1,15 juta orang pada Januari 2020. Jumlah ini juga lebih rendah 15% dibandingkan Januari 2019. Sebagai imbas dari berkurangnya wisatawan, tingkat okupansi hotel di Bali juga mengalami penurunan tajam dari 63% di Desember 2019 menjadi hanya 46% di Februari 2020. Selain itu, Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebutkan bahwa hingga Juni 2020 terdapat 1.266 hotel yang telah tutup karena terdampak Covid-19. Berdasarkan jumlah tersebut, diperkirakan terdapat lebih dari 150.000 orang karyawan yang terdampak.
Transformasi Pariwisata
Selalu ada hikmah di balik musibah. Di tengah hantaman Covid-19 yang harus dihadapi oleh sektor pariwisata, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum transformasi bagi sektor pariwisata di Indonesia. Pemerintah berencana membangun kembali sektor pariwisata yang merupakan sektor paling terdampak Covid-19. Guna membangun kembali sektor itu, pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp14,4 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021. Pemerintah berencana untuk fokus melanjutkan pembangunan destinasi wisata, seperti wisata Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Selain itu, pemerintah juga akan berupaya mengembangkan aspek atraksi, aksesibilitas, dan amenitas untuk dapat menarik wisatawan domestik maupun internasional, serta pemerintah juga akan melakukan peningkatan promosi dan partisipasi pelaku usaha swasta.
Saat ini berbagai cara pandang baru yang inovatif sangat diperlukan oleh sektor pariwisata dan berbagai sektor turunannya untuk dapat segera bangkit dari keterpurukan. Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) baru-baru ini merilis seperangkat pedoman yang akan membantu sektor pariwisata global kembali beroperasi dengan lancar dan aman, serta menyoroti pentingnya inovasi dan teknologi dalam membangun ketahanan industri. Penyedia akomodasi, maskapai penerbangan, dan operator tur juga perlu menyesuaikan diri dengan perubahan ekspektasi wisatawan yang mungkin terlihat sangat berbeda pasca pandemi. Riset Agoda.com menunjukkan bahwa para wisatawan mengharapkan lebih banyak pengalaman perjalanan mereka pada tahun 2020-an menggunakan kemajuan teknologi yang meningkatkan efisiensi dan kemudahan pemesanan dan perjalanan.
Memasuki era new normal seperti saat ini, salah satu sektor wisata yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan ialah wisata alam. Hal tersebut lantaran kondisi terbuka di wisata alam membuat risiko lebih rendah saat berwisata di tengah pandemi. Oleh sebab itu, Indonesia dengan berbagai kekayaan alam yang melimpah sejatinya dapat memanfaatkan hal tersebut untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memiliki wisata alam yang indah seperti Danau Toba, Labuan Bajo kemudian Bali dan berbagai tempat lainnya.
Meski perjalanan antar negara masih sangat dibatasi demi menjaga penyebaran Covid-19, maka pemerintah perlu mendorong wisatawan domestik untuk turut membantu pemulihan pariwisata. Di sisi lain, pihak penyelenggara wisata juga perlu menumbuhkan kepercayaan wisatawan dalam memberikan rasa aman sehat dan nyaman untuk berwisata. Di samping itu semua, koordinasi dari semua pihak terkait sangat diharapkan untuk membawa sektor pariwisata kembali bangkit. Dengan segala upaya ini semua, setidaknya sektor pariwisata mampu menjadi jump start yang baik untuk pemulihan ekonomi nasional. Semoga.
Prof. Candra Fajri Ananda PhD Staf Khusus Menteri Keuangan Republik Indonesia