febub-logo

Surabaya, 23 April 2025 – Pariwisata Jawa Timur mendapat sorotan utama dari Prof. Dwi Budi Santoso, S.E., M.S., Ph.D., Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB). Menurutnya, sektor ini dapat menjadi motor penting dalam percepatan pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional, khususnya dalam mencapai target “Indonesia Emas 2045”.

Dalam webinar East Java Economic View Conference (EJAVEC) yang digelar FEB UB pada 17 April 2025, Prof. Dwi menjelaskan bahwa selama sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jatim hanya mencapai 6,6%, belum menyentuh target 8%.“Tantangan menuju Indonesia Emas 2045 sangatlah besar, apalagi adanya tantangan global,” ujarnya.

Lebih lanjut, Prof. Dwi menerangkan bahwa pariwisata memiliki efek multiplier yang signifikan. Belanja wisatawan berdampak langsung ke sektor transportasi, perhotelan, kuliner, dan membuka lapangan kerja baru. Namun, ia juga mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi bersifat fluktuatif. Mengutip teori Solow, ia menekankan pentingnya investasi efisien, perbaikan infrastruktur, dan iklim usaha kondusif untuk menciptakan steady state ekonomi baru yang lebih tinggi.

Prof. Dwi menambahkan bahwa saat ini ada perbedaan steady state di antara 38 kabupaten dan kota di Jatim. Wilayah yang ekonominya tertinggal akan membentuk konvergensi klub bersama daerah serupa. Ia juga menekankan perlunya strategi pengembangan pariwisata yang disesuaikan dengan karakter lokal—misalnya, pemantapan layanan di Kota Batu yang sudah mapan.

Untuk mengukur kinerja sektor ini, Prof. Dwi merekomendasikan penggunaan indikator seperti kontribusi transportasi, akomodasi, kuliner terhadap PDRB, serta jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.

Scroll to Top
Skip to content