Reyog merupakan sebuah kesenian tari yang berasal dari Ponorogo. Tarian Reyog menceritakan Raja dari Kerajaan Wengker di Ponorogo yang ingin menikahi Putri Kediri bernama Songgolangit. Putri Songgolangit menerima pinangannya dengan syarat sang raja harus memberikan sebuah pertunjukan yang pertama ada di dunia. Reyog merupakan sebuah hewan berkepala hewan dan berbadan seperti merak.
Adalah Rangga Wisna Prayoga, mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomis dan Bisnis Universitas Brawijaya yang menjadi penari reyog dibawah naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Unitantri Universitas Brawijaya. Mahasiswa semester 7 ini menetap lama di Ponorogo sehingga membuat dia sangat dekat dengan kesenian ini. Beberapa waktu lalu dia dipilih menjadi delegasi Universitas Brawijaya dalam acara Internastional Tourism Festival Of Madagascar 2019. Acara ini merupakan kerjasama antara Kementrian Pariwisata Republik Madagaskar dengan KBRI Indonesia di di CCI IVATO (Centre de Conference International Ivato) pada 13-18 Juni 2019.
Rangga merupakan salah satu dari delegasi Universitas Brawijaya yang beranggotakan 13 orang yang terdiri dari 9 mahasiswa, 2 dosen pembina reyog yaitu DR.Eng. Denny dan DR. Agung, Prof. Ifar sebagai Kepala International Office UB, dan Wakil Rektor III Prof. Dr. Drs Abdul Hakim, M.Si. Reyog Brawijaya dipilih setelah Indonesia ditetapkan sebagai tamu kehormatan pada acara tersebut. Selanjutnya KBRI Madagaskar mengirimkan surat kepada lembaga terkait termasuk Brawijaya untuk mengirimkan delegasi terbaiknya. Kontingen Reyog Brawijaya juga dibantu oleh Pemerintah Kota Ponorogo untuk kebutuhan kelompok pemusiknya.
Acara berlangsung sangat meriah dan mendapat antusias yang tinggi dari masyarakat Madagaskar. Meskipun suhu cuaca saat itu berada dikisaran 5-10°C saja tidak membuat gentar semangat delegasi Reyog Brawijaya. Bahkan Perdana Mentri Madagaskar dan Duta Besar Indonesia untuk Madagaskar turut hadir dalam acara ini.
Mengujungi Madagaskan menjadi pengalaman berharga bagi Rangga. Ia bangga karena berhasil membawa Reyog ke tingkat Internasional. Rangga berharap bahwa Reyog dapat menjadi lestari dan diminati semua golongan serta dapat menjadi juara di berbagai event reyog. “Semoga tahun ini bisa hatrick di Festival Reyog Nasional di Ponorogo”, tutupnya. (fz)