Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
Ahlan Wa Sahlan Yaa Ramadan, selamat datang wahai Ramadan , bulan yang senantiasa dinanti kehadirannya oleh seluruh umat Islam sedunia. Ramadan menjadi bulan istimewa karena memiliki keutamaan(fadhilah) yang tak dimiliki oleh bulan lainnya.
Ramadan adalah bulan penuh rahmat, bulan penuh ampunan, barokah danghanimah. Dalam hadits disebutkan bahwa tatkala Ramadan tiba, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu, sehingga Ramadan benar-benar menjadi bulan yang ditunggu seluruh muslim di seluruh dunia.
Sebagai muslim, berpuasa selama Ramadan adalah kewajiban sebagaimana diperintahkan di dalam kitab suci (2:183). Secara lahir, puasa (shaum) bisa dimaknai sebagai menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari disertai dengan niat dalam hati.
Artinya, Ramadan mengajarkan kita tentang kejujuran, kepedulian (kepantasan), kepatuhan (disiplin) serta tanggung jawab (sosial), sehingga Ramadan juga dianggap sebagai bulan pembelajaran fisik dan non-fisik (tazkiyatun nafs) untuk menjadikan kita sebagai insan mulia (bagi sesama manusia dan ketuhanan).
Tantangan Ekonomi di Bulan Ramadhan
Konsumsi rumah tangga merupakan komponen penting dalam struktur ekonomi Indonesia. Pasalnya, selama ini konsumsi rumah tangga merupakan penopang utama perekonomian Indonesia yang mampu berkontribusi rata- rata hingga lebih dari 55% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Permintaan masyarakat terhadap sektor riil menjadi kunci dan oleh karena itu pemerintah berupaya mengendalikan inflasi untuk menjaga daya beli. Bagaimana konsumsi rumah tangga selama Ramadan?
Menariknya, empiris menunjukkan selama Ramadan kebutuhan rumah tangga malah melonjak, bahkan konsumsi pangan meningkat, sehingga mendorong naiknya inflasi. Selain itu, dalam satu studi yang pernah dilakukan oleh Nielsen Global Survey juga menyebutkan bahwa momen Lebaran selalu mampu mendongkrak permintaan terhadap barang konsumsi. Permintaan yang tinggi ini tidak hanya terjadi di pasar modern, melainkan juga di pasar-pasar tradisional.
Pada dasarnya, pengeluaran masyarakat yang meningkat lebih banyak dikarenakan aktivitas Ramadan yang bersifat amal berupa meningkatnya infaq,sedekah,serta zakat (termasuk zakat maal) yang mendorong pendapatan masyarakat meningkat, bahkan pendapatan masyarakat 40% terbawah ikut meningkat. Itulah alasan meningkatnya daya beli masyarakat, selain positif, kondisi tersebut membawa efek meningkatnya inflasi yang juga perlu diwaspadai.
Untuk itu, kita bisa bersepakat bahwa tingkatan inflasi perlu terus dijaga dan dikendalikan. Ada beberapa kejadian musiman, seperti hari besar keagamaan nasional, kemerdekaan, masa-masa pendaftaran sekolah/kuliah, akan menjadi faktor pendorong inflasi. Secara historis inflasi tertinggi selalu berada di bulan Ramadan, kecuali di 2020 dan 2021 karena masa pandemi.
Data BPS mencatat bahwa sebagian besar kota di Indonesia mengalami inflasi pada Bulan Ramadan, dengan inflasi tinggi dominan terjadi di kota luar Pulau Sumatera dan Jawa. Saat ini, inflasi diperkirakan meningkat pada April 2023 seiring meningkatnya kebutuhan pada Bulan Ramadan dan Idul Fitri.
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 mencapai 5,31% dengan tingkat inflasi yang terkendali walaupun agak tinggi, kita tetap harus hati-hati menghadapi laju inflasi mengingat momentum Ramadan dan Lebaran 2023 sudah di depan mata.
Belanja pemerintah yang sifatnya menjaga bantalan konsumsi rumah tangga harus dikawal, selain monitor produksi pangan terus dilakukan mengingat perubahan iklim saat ini sangat cepat dan tidak terduga. Dengan terjaganya konsumsi, terkendalinya inflasi maka capaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan bisa kita capai.
Distribusi Zakat, Infak, Sedekah
Kegiatan puasa yang paling utama selain menahan diri pada apa-apa yang diperbolehkan (halal), tetapi juga disarankan untuk berbuat lebih besar (lebih dari biasanya) pada kegiatan infaq, sedekah termasuk zakat, sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial bagi setiap muslim, terutama diperuntukkan bagi masyarakat yang sangat membutuhkan.
Secara ekonomi ini bisa dilihat betapa pengeluaran yang besar pada konsumsi RT akan sangat membantu tugas pemerintah dalam hal mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Tugas–tugas pemerintah seperti alokasi dan distribusi dapat dijalan sendiri oleh setiap RT yang menjalankan tugas spiritualnya, dengan jalan mengeluarkan sebagian harta dan kekayaannya untuk dibagikan pada tetangga maupun keluarga-keluarga miskin di sekitar rumahnya masing-masing.
Bisa dibayangkan betapa perekonomian akan lebih bergairah, karena banyak keluarga miskin mampu berbelanja baju baru, kebutuhan pokok, sepatu serta barang konsumsi lain yang tentu sangat baik bagi perekonomian.
Dengan demikian saat ini yang diperlukan adalah pengendalian inflasi yang harus dilakukan oleh banyak pihak, seperti Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah daerah, sangat signifikan perannya dalam pencapaian pengendalian inflasi di beberapa bulan terakhir.
Selain itu, pemerintah juga bisa mengontrol distribusi pangan (bahan pokok) yang seringkali hilangnya barang/pangan di pasar atau munculnya penimbunan. Segala tindakan kriminal ekonomi ini perlu terus dicegah dan aturan hukum betul-betul perlu ditegakkan.
Melihat peran ekonomi yang sangat menonjol dalam Ramadan, semua berharap momentum ini mampu membangun semangat spiritual dalam pengelolaan pemerintahan serta mengajarkan kejujuran.
Dalam satu bulan terakhir, berita terkait dengan penyalahgunaan wewenang, kejahatan kantoran (white colour crime), pamer kekayaan, arogansi pemegang kekuasaan serta perilaku hedonisme selalu menghiasi keseharian kita.
Sudah saatnya bulan Ramadan yang penuh berkah ini perlu menjadi titik awal rekonstruksi karakter dan perilaku kita semua dalam menjalankan amanah yang diberikan kepada kita.
Kalangan berpunya, para penjabat, termasuk masyarakat sudah saatnya kita menjalankan tugas dan amanah dengan mendasarkan nilai – nilai spiritual yang sudah ada (dari seluruh agama). Kita tinggal menjalankan, mencontohkan, dan mengajak lingkungan kita untuk menjadi manusia mulia (insan kamil).Wallahu ‘alam bishawab.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Senin, 20 Maret 2023 – 09:10 WIB oleh Candra Fajri Ananda