

Malang, 7 November 2025 – Aula Gedung F Lt. 7 & Aula Gedung Utama Lt. 3, FEB UB – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya bersama Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat menyelenggarakan talkshow bertema “Satu Langkah Berdaya: Perguruan Tinggi untuk Indonesia Tanpa Kemiskinan” yang dilanjutkan Focus Group Discussion (FGD).

Acara dibuka Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEB UB, Dr.rer.pol. Ferry Prasetyia, S.E., M.App.Ec. Ia menekankan peran strategis kampus di luar “menara gading”. “Momentum bersama bahwa kita dari perguruan tinggi harus punya peran besar—bukan hanya menara ilmu, tetapi penggerak sosial dan ekonomi masyarakat. Ilmu pengetahuan berjalan seiring kepedulian; riset dan pengabdian selaras dengan pemberdayaan,” ujarnya. Ferry juga menyinggung inisiatif “desa fiskal” dan membuka peluang sinergi-kolaborasi lintas pihak agar inisiatif serupa tumbuh.

Sambutan berikutnya disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Masyarakat, Ibu Dyah Tri Kumolosari. Ia mengajak mahasiswa tampil sebagai motor perubahan. “Mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan sebagai pionir—bagaimana dari ‘bisik-bisik’ ruang kecil ini menjadi aksi nyata. Teruslah bergerak, karena di sana ada asa. Bergerak, bergerak, berdaya,” pesannya.

Dalam sesi talkshow yang dimoderatori oleh Bapak Dias Satria, S.E.,M.App.Ec.,Ph.D, terdapat tiga pemateri yaitu Ibu Niken Ariati (Kepala Biro Hukum, Organisasi, dan Persidangan), Bapak Dimas Oky Nugroho, Ph.D., dan Prof. Devanto Shasta Pratomo, S.E., M.Si., Ph.D.—menekankan garis besar yang sama: pemberdayaan masyarakat tidak dapat bertumpu pada bantuan sosial semata. Bantuan diperlukan pada situasi tertentu, tetapi ketergantungan berkepanjangan menghambat kemandirian; karena itu diperlukan pergeseran menuju penguatan kapasitas, akses, dan ekosistem usaha/kerja agar rumah tangga miskin dapat keluar dari kemiskinan secara berkelanjutan.

Pada FGD yang dipimpin Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Andie Megantara, akademisi lintas kampus, penggiat sosial, dan media membahas realita lapangan: meskipun bantuan sosial telah digelontorkan besar, penurunan angka kemiskinan di sejumlah wilayah belum signifikan. Forum juga menyoroti kondisi mental dan psikis kelompok rentan; sebelum berbagai program teknis dilaksanakan, diperlukan persiapan mental untuk mengatasi pola pikir tidak berdaya yang kerap menghambat efektivitas intervensi ekonomi.
Kegiatan bersama Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan FEB UB ini diharapkan melahirkan generasi mahasiswa sebagai agen perubahan pengentasan kemiskinan yang berkolaborasi erat dengan pemerintah. Di sisi lain, beragam sudut pandang dan usulan dari para akademisi dalam FGD menjadi bahan pencerahan dan ide kebijakan yang dapat didiskusikan lebih lanjut oleh pemerintah, dengan sasaran menekan angka kemiskinan—terutama menuju 0% masyarakat miskin ekstrem pada 2026.