Transformasi Struktural: Teknologi dan SDM Kunci?

Prof Candra Fajri Ananda, Ph.D

Staf Khusus Kementerian Keuangan Republik Indonesia

PEMULIHAN ekonomi terus menunjukkan arah positif meski masih diselimuti ketidakpastian perekonomian dunia. Sejatinya, memulihkan perekonomian bukanlah perkara mudah, mengingat pemerintah masih berupaya keras mengendalikan dampak kesehatan dan perekonomian akibat pandemi. Lembaga pemeringkat Fitch pada November 2021 menilai aktivitas ekonomi Indonesia telah mengalami pemulihan secara bertahap dari tekanan Covid-19 karena dukungan kebijakan penanganan pandemi yang kian membaik terutama upaya percepatan vaksinasi yang dianggap sangat berhasil.

Indonesia merupakan salah satu negara terdampak Covid-19 yang telah berhasil melewati titik terendah akibat pandemi. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih belum berhasil mencapai angka yang diharapkan. Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 sebesar 3,6%. Angka tersebut masih berada di bawah target APBN 2021 sebesar 5% (yoy). Perekonomian Indonesia sepanjang 2021 masih tak lepas dari pengaruh dan dampak pandemi, termasuk ketika pemerintah menerapkan PPKM Darurat untuk menekan penyebaran Covid-19 varian Delta yang melambung tinggi pada kuartal III – 2021.

Terlebih, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia pada 2045, tepat 100 tahun kemerdekaan. Visi Indonesia Maju 2045 adalah melabuhkan Indonesia menjadi negara yang memiliki pendapatan Rp320 juta per kapita per tahun dengan PDB (Produk Domestik Bruto) mencapai 7 trilliun dollar AS. Hal itu tentu tidak bisa menjalankan program seperti biasa, perlu melakukan perbaikan dan perubahan dalam perencanaan, implementasi kebijakan, pengelolaan keuangan negara, yang biasa dikenal transformasi struktural, di mana peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), penerapan teknologi dalam organisasi ekonomi (swasta dan pemerintah) menjadi faktor kunci.

Belanja untuk Kualitas SDM

Seiring dengan pemulihan ekonomi yang masih berjalan, tekad kuat Indonesia dalam mewujudkan visi Indonesia Maju 2045 juga tak padam. Meski tak mudah, karena saat ini Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan domestik seperti produktivitas yang masih rendah, angkatan kerja yang masih didominasi oleh penduduk dengan pendidikan menengah ke bawah, hingga ketergantungan ekonomi Indonesia pada komoditas. Berbasis kondisi tersebut, transformasi strukural menjadi sangat penting terutama merubah ketergantungan pada komoditas menuju industri bernilai tambah tinggi dengan ditopang kapasitas domestik yang mumpuni, serta dominasi kegiatan ekspor impor dalam perekonomian, menjadi strategi utama dalam mewujudkan cita-cita 2045.

Selain itu, inovasi juga akan menjadi kunci pertumbuhan guna mencapai target visi Indonesia di 2045. Sementara kesuksesan riset dan inovasi bergantung pada kualitas SDM, artinya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi adalah motor utama dalam menjalankan trasnformasi ekonomi. Sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan sumber daya manusia yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.

Sumber daya manusia yang tinggi dapat mempercepat kualitas pertumbuhan bangsa. Besarnya jumlah penduduk yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai, hanya akan menjadi beban pembangunan. Lembaga-lembaga pendidikan tentu perlu merespons dengan memberikan layanan pendidikan yang lebih mengarah pada kualitas lulusan. Apakah universitas maupun sekolah vokasi, perlu menyinergikan dengan pengguna (industri) sehingga output mereka langsung dapat diserap dan meningkatkan produktivitas sektor tersebut. Makin tinggi produktivitas tentu akan mendorong tingkat efisiensi pada seluruh bidang perekonomian dan akhirnya akan memperkuat semangat inovasi dan penemuan-penemuan baru yang memperkaya perekonomian Indonesia.

Selama ini, negara telah berkomitmen menyiapkan alokasi anggaran sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan sebagaimana amanat dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Sayangnya, anggaran yang selama ini telah digulirkan tersebut belum optimal dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia sebesar 52% di bawah sekolah dasar (SD). Angka tersebut menunjukkan masih tergolong rendahnya kualitas SDM dibandingkan dengan tiga negara anggota ASEAN, Thailand 51,7%, Malaysia 19,03% dam Singapura 21,02%. Selain itu, hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371, dengan rata-rata skor OECD yakni 487. Kemudian untuk skor rata-rata matematika mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD 487. Selanjutnya untuk sains, skor rata-rata siswa Indonesia mencapai 389 dengan skor rata-rata OECD yakni 489. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada pada kuadran low performance.

Selama ini, penggunaan anggaran belum efisien lantaran hanya sedikit yang mengalir untuk perbaikan kualitas mengajar. Anggaran pendidikan lebih banyak mengalir untuk perbaikan infrastruktur sekolah atau membayar gaji guru. Padahal, berdasarkan beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa perbaikan gaji guru kerap kali tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas siswa. Hal ini bisa menjadi cerminan dari kuantitas dan kualitas tenaga pendidik yang dimiliki Indonesia. Dari jumlah guru yang ada berjumlah 3,9 juta, 45% guru PNS, 55% guru non PNS, 25% guru di antaranya belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi. Oleh sebab itu, alokasi belanja pendidikan saat ini perlu diarahkan pada peningkatan keahlian untuk menunjang peningkatan output Pendidikan di Indonesia.

Urgensi Teknologi dalam Ekonomi

Penguasaan teknologi akan membantu industri untuk cepat tumbuh berkembang dan mendorong daya saing. Digitalisasi sebagai salah satu produk teknologi, saat ini sudah menjadi bagian terpenting untuk mencapai tingkatan efisiensi yang diinginkan sektor bisnis. Proses bisnis yang lama dan panjang (lemot) banyak menghasilkan keluhan para pelanggan/pengguna layanan, yang berdampak pada lemahnya daya saing produk dalam negeri. Dalam situasi seperti ini, sebagian besar bisnis di Indonesia melakukan transformasi bisnis melalui digitalisasi dalam proses bisnis yang semakin murah, cepat dan simpel (tidak bertele-tele). Beberapa aplikasi digital dan usaha start-up (perusahaan rintisan) terus meningkat dan berkembang, ini tentu memberikan peluang dalam merealisasikan potensi ekonomi, yang artinya perekonomian menuju proses transformasi struktural yang memang kita harapkan.

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh McKinsey, produktivitas Indonesia dinilai masih hanya setengah dari produktivitas di negara China. Sehingga, implementasi teknologi digital secara masif adalah salah satu jalan bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan level produktivitas secara signifikan. Artinya melakukan efisiensi sistem operasi melalui teknologi industri 4.0 dan menggabungkan Internet of Things (IoT) serta mesin robot, merupakan suatu keniscayaan untuk mewujudkan impian Indonesia di 100 tahun merdeka.

Trasnformasi teknologi, peningkat produktivitas, digitalisasi, daya saing, adalah beberapa kata ajaib yang akan terus muncul dalam setiap kebijakan ekonomi dan pembangunan Indonesia. Kita tidak bisa lagi membuat kebijakan yang sangat biasa saja (regular), tetapi kebijakan yang akan menghasilkan produktivitas yang lebih baik, mendorong daya saing, serta penggunaan teknologi di dalam operasionalnya. Transformasi struktural ini, perlu banyak melibatkan seluruh lapisan masyarakat, baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan, untuk bersama-sama mencapai asa Indonesia Maju 2045, Semoga.

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Kamis, 17 Maret 2022 – 14:58 WIB oleh Koran SINDO dengan judul “Transformasi Struktural: Teknologi dan SDM Kunci”

Scroll to Top
Skip to content