Menurut Dikau, sosok Mahasiswa Ideal memiliki banyak definisi, tentunya dengan perspektif subjektif karena menuut ia masih belum ada tolak ukur yang sesuai dalam menilai mahasiswa ideal. Tentu kita sering mendengar istilah mahasiswa ideal, tapi kebanyakan dari kita belum mengetahui sebenarnya apa yang menjadi ciri-ciri mahasiswa ideal.
Berdasarkan pengalaman dan sudut pandang, mahasiswa ideal menurut Dikau adalah mereka yang telah menemukan jati diri dan passion selama proses kehidupan di kampus. Terdapat istilah mahasiswa ABC (Aktif, Berprestasi Dan Cumlaude) mungkin tagline ini menjadi salah satu representasi mahasiswa ideal dimana setiap kegiatan yang dilakukan terukur dan seimbang antara akademik, organisasi dan aktualisasi diri.
Ketika melihat kondisi mahasiswa saat ini, Dikau menilai bahwa untuk mendapatkan gelar mahasiswa ideal yang nantinya berselempang di bahu mahasiswa, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, “Mahasiswa perlu punya perencanaan (plan). Perencanaan itu minimal meliputi tujuan, sumber daya yang dimiliki, peluang yang ada dan cara mencapainya. Niatkan dikampus mencari ilmu dan kualitas. Tekadkan menjadi seorang pembelajar.” –Ujar Dikau.
Dalam mencapai posisi yang prestatif saat ini, tentunya banyak jalan yang dia tempuh, termasuk ketika mengikuti ajang perlombaan yang mengasah kemampuan berpikir kritis dan berkreasi, “setiap event mempunyai kesannya masing-masing, dan saya rasa semua itu bukanlah sesuatu yang istimewa dan membanggakan. Tapi setidaknya dengan prestasi saya punya nilai tambah dan cinderamata untuk kebahagiaan orang tua.” – Ujar Dikau.
Dikau memberikan saran terhadap mahasiswa, agar selain menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi yang bisa seimbang dengan prestasi yang di raih, “yang dilakukan untuk berprestasi adalah bangun relasi cari mentor dan ikut organisasi yang sesuai dengan passion. Lalu beranilah untuk mencoba, beranilah untuk gagal, beranilah untuk berhasil dan beranilah untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi.” – Ujar Dikau.
Menurut dia, FEB-UB sangat memfasilitasi mahasiswa untuk beprestasi bahkan selalu didorong untuk berprestasi dengan berbagai macam pelatihan, seminar, konsultasi, hingga pembiayaan. Namun, memang ekosistem prestasi di FEB-UB masih belum terbentuk secara masif, terutama dibidang keilmiahan.
Oleh karena itu diperlukan terobosan untuk mengenalkan peluang-peluang prestasi baik bidang penalaran maupun minat dan bakat sejak mahasiswa baru, kemudian memupuk motivasi mahasiswa secara berkala, serta menjadi media fasilitator gabungan dari dosen, lembaga otonom, mahasiswa beprestasi dan alumni.
Sehingga bukan tidak mungkin bahwa nantinya FEB-UB dapat tetap berkiprah melalui prestasi yang selalu diraih dan menjadi kebanggaan semua pihak yang berperan mewujudkannya.