Konstruksi Filsafat Akuntansi oleh Profesor Eko Ganis Sukoharsono, PhD

Tidak biasa nya akuntansi membahas tentang filsafat. Profesor Eko Ganis Sukoharsono, PhD mendapatkan hibah Guru Besar dengan membawa kajian tentang Filsafat Ilmu Akuntansi.  Prof. Eko Ganis memaknai tentang filsafat yang dipahami sebagai “pemikiran yang rasional, kritis, dan sistematis mengenai seluruh aspek kehidupan manusia dalam konteks ilmu akuntansi atas hakikat dunia, dan justifikasi atas keyakinan-keyakinannya. Hal yang menarik dari kajian nya Prof. Eko Ganis ini adalah bahwa memahami sumber ilmu pengetahuan, filsafat ilmu akuntansi yang pada hakikatnya berbicara masalah sumber ‘kebenaran’. ‘Kebenaran’ merupakan pangkal dari banyak hal serta mengandung potensi-potensi kejiwaan (spiritual) yang sangat menentukan bagi esensi (diri) dan eksistensi (keberadaan) manusia itu sendiri. Dengan potensi-potensi kejiwaan yang dimiliki manusia yaitu pikiran, perasaan, dan kemauan, manusia berada di dalam dirinya sendiri dan keberadaannya itu mengungguli makhluk-makhluk lainnya. Manusia juga memiliki dimensi rohani, yang mengandalkan akal budi manusia yang membuat manusia tidak terjerat pada pengetahuan inderawi semata, tetapi mampu melihat hubungan dengan realitas-realitas lainnya. Bahkan karena subjek yang lain pun memiliki kesadaran dan pengetahuan yang sama karena keterbukaannya terhadap objek lain, maka manusia juga dapat membangun hubungan dengan sesama dan berdialog dengan kesadaran  serta pengetahuan mereka. Di sinilah pengetahuan juga bersifat intersubjektif. Hal ini menguatkan bahwa dimensi subjek dan objek pengetahuan manusia itu penting dimaknai dalam ilmu akuntansi.

Akuntansi pada kajian ini memiliki definisi yang holistic tidak semata hanya akuntansi keuangan, tetapi juga dalam konstruksi fenomena sosial dan lingkungan, serta termasuk unsur spiritual diri manusia.

Prof Eko Ganis menyadarkan pentingnya memahami akuntansi secara holistik

Konstruksi akuntansi secara holistik yang memadukan unsur spiritual mengarah pada pendekatan yang lebih mendalam dan menyeluruh, di mana aspek akuntansi tidak hanya dilihat dari perspektif material, finansial, sosial, dan lingkungan, tetapi juga mencakup dimensi spiritual. Dimensi ini menekankan hubungan manusia dengan lingkungan, nilai-nilai moral dan etika yang lebih tinggi, serta tanggung jawab kolektif terhadap kehidupan di bumi, tidak hanya dalam konteks keuntungan ekonomi, tetapi juga dalam konteks keberlanjutan jangka panjang untuk seluruh umat manusia dan alam semesta.

Berikut adalah beberapa cara bagaimana spiritualitas dapat dimasukkan dalam konstruksi akuntansi dengan dimensi akuntansi keberlanjutan secara holistik:

1. Nilai Etika dan Moral dalam Akuntansi Keberlanjutan

  • Kepedulian terhadap Kesejahteraan Semua Makhluk: Sebuah pendekatan akuntansi keberlanjutan yang holistik yang mengintegrasikan spiritualitas menekankan prinsip moral tentang pentingnya menjaga kesejahteraan semua makhluk hidup. Ini bukan hanya soal profit atau angka-angka keuangan, tetapi lebih kepada bagaimana keputusan bisnis dan kebijakan perusahaan mempengaruhi kehidupan manusia, alam, dan ekosistem secara keseluruhan.
  • Etika Bisnis Berdasarkan Nilai Spiritualitas: Dalam banyak tradisi spiritual, prinsip seperti kejujuran, integritas, keadilan, dan rasa tanggung jawab terhadap orang lain dan alam sangat dihargai. Dalam akuntansi keberlanjutan yang memadukan unsur spiritual, nilai-nilai ini dijadikan landasan untuk membuat keputusan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial, tetapi juga pada dampak sosial dan lingkungan yang positif.

2. Keseimbangan Antara Manusia dan Alam

  • Menjaga Harmoni dengan Alam: Banyak tradisi spiritual mengajarkan bahwa manusia harus hidup selaras dengan alam. Akuntansi keberlanjutan holistik yang menggabungkan spiritualitas akan memperhitungkan bagaimana aktivitas perusahaan dapat melestarikan atau merusak lingkungan. Misalnya, perusahaan yang mengadopsi prinsip spiritualitas mungkin akan lebih mendukung upaya-upaya yang berfokus pada pelestarian sumber daya alam dan pengurangan emisi karbon, serta mendukung praktek bisnis yang ramah lingkungan.
  • Prinsip Keadilan Ekologis: Dalam pandangan spiritualitas, semua makhluk hidup memiliki hak untuk hidup dengan sejahtera. Konsep ini mendorong perusahaan untuk tidak hanya fokus pada pemaksimalan keuntungan finansial, tetapi juga pada upaya menciptakan keadilan ekologis, seperti pengelolaan sumber daya yang adil, pengurangan ketidaksetaraan, dan meminimalkan kerusakan ekologis.

3. Tanggung Jawab Spiritual Terhadap Generasi Mendatang

  • Prinsip Tanggung Jawab Antar-Generasi: Akuntansi keberlanjutan yang holistik dan berbasis spiritualitas menekankan bahwa kita memiliki tanggung jawab moral kepada generasi yang akan datang. Dalam banyak ajaran spiritual, ada ajaran yang mendorong umat manusia untuk merawat dan memelihara bumi untuk keberlanjutan kehidupan di masa depan. Oleh karena itu, perusahaan yang mengadopsi akuntansi keberlanjutan holistik akan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan, baik dari sisi lingkungan, sosial, dan ekonomi, serta berusaha menciptakan warisan positif untuk generasi mendatang.
  • Investasi dalam Kesejahteraan Masa Depan: Kegiatan perusahaan akan mencakup investasi dalam solusi berkelanjutan yang akan bermanfaat bagi masyarakat dan planet dalam jangka panjang. Ini mungkin mencakup inovasi produk ramah lingkungan, pengembangan teknologi bersih, atau proyek-proyek sosial yang mendukung kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.

4. Pengukuran Nilai yang Lebih Holistik

  • Menghitung Dampak Sosial dan Spiritual: Akuntansi keberlanjutan yang mengintegrasikan spiritualitas akan memasukkan indikator yang tidak hanya mengukur dampak ekonomi, tetapi juga nilai sosial dan spiritual. Misalnya, perusahaan dapat mengukur sejauh mana mereka berkontribusi pada kedamaian sosial, pengentasan kemiskinan, atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan yang berbasis pada nilai-nilai spiritual dan moral.
  • Indikator Kesejahteraan Spiritual: Di luar indikator keuangan dan material, perusahaan dapat merancang indikator yang mengukur dampak positif terhadap kesejahteraan spiritual karyawan dan komunitas. Ini bisa mencakup pengembangan program-program kesejahteraan mental dan emosional di tempat kerja, pelatihan tentang nilai-nilai etika, serta memberikan ruang bagi praktik-praktik spiritual yang mempromosikan kedamaian batin dan keseimbangan hidup.

5. Transparansi dan Kejujuran dalam Pelaporan

  • Akuntabilitas Spiritual: Salah satu unsur kunci dalam integrasi spiritual dalam akuntansi adalah prinsip akuntabilitas yang mendalam dan transparansi. Perusahaan harus melaporkan tidak hanya hasil yang terlihat, seperti laba dan kerugian, tetapi juga bagaimana mereka bertanggung jawab terhadap nilai-nilai spiritual dan sosial yang diusung. Ini akan mendorong perusahaan untuk lebih terbuka dalam mengungkapkan dampak dari kegiatan mereka terhadap kesejahteraan sosial dan ekologis, serta bagaimana mereka menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan dan masyarakat.
  • Menghindari Greenwashing dan Praktik Etis yang Palsu: Dalam perspektif spiritual, penting untuk menghindari praktik bisnis yang tidak autentik atau hanya mengejar citra keberlanjutan tanpa tindakan yang nyata. Akuntansi keberlanjutan yang holistik akan menuntut perusahaan untuk benar-benar bertanggung jawab atas klaim mereka dan memberikan bukti konkret dari upaya-upaya yang mereka lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, lingkungan, dan spiritual.

6. Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan dan Masyarakat

  • Prinsip Kebersamaan dan Kerjasama: Dalam banyak tradisi spiritual, ada nilai-nilai tentang kerjasama, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama. Dalam akuntansi keberlanjutan holistik, ini tercermin dalam kolaborasi yang lebih erat dengan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, karyawan, dan komunitas global. Proses pembuatan keputusan akan mempertimbangkan kepentingan dan kesejahteraan bersama, bukan hanya kepentingan finansial pihak tertentu.
  • Keterlibatan Aktif dalam Pembangunan Masyarakat: Perusahaan yang mengintegrasikan spiritualitas dalam akuntansi keberlanjutan akan lebih berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan menciptakan dampak sosial yang lebih luas, termasuk melalui program-program berbasis spiritual yang mempromosikan kesadaran kolektif akan pentingnya keberlanjutan.

7. Penghargaan terhadap Keberagaman dan Nilai-Nilai Universal

  • Penghormatan terhadap Keberagaman: Dimensi spiritual dalam akuntansi keberlanjutan menekankan pentingnya menghormati berbagai nilai dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat. Ini dapat mencakup pendekatan yang sensitif terhadap budaya lokal, agama, dan nilai-nilai yang berbeda dalam setiap komunitas yang dilayani oleh perusahaan.

Kesimpulan

Konstruksi filsafat ilmu akuntansi yang mengintegrasikan unsur spiritual berfokus pada nilai-nilai etika, tanggung jawab moral, dan keseimbangan antara manusia, alam, dan masyarakat. Pendekatan ini tidak hanya menilai keberlanjutan dari sisi finansial dan lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan sosial dan spiritual semua makhluk hidup. Dalam konteks ini, spiritualitas berperan penting dalam membimbing individual dana tau organisasi untuk mengambil keputusan yang lebih bijaksana, penuh tanggung jawab, dan berkelanjutan, dengan tujuan menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Scroll to Top
Skip to content